Permintaan CPO Domestik Meningkat, Eksportir Nikmati Keuntungan Signifikan 2024

Shopee Flash Sale

Permintaan minyak sawit mentah (CPO) di pasar domestik mengalami lonjakan signifikan sepanjang awal tahun 2025. Data terbaru menunjukkan konsumsi nasional pada Januari hingga September 2025 meningkat sekitar 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut memicu optimisme di kalangan pelaku usaha sawit di Indonesia.

PT Bumi Makmur Anugerahagung (BMA), salah satu pemain baru di industri ini, mencatat kenaikan penjualan yang pesat. Direktur BMA, Cheny Canliarta, menuturkan bahwa volume penjualan pada semester pertama 2025 dapat mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun 2024. BMA menyiapkan ekspansi serta diversifikasi produk turunannya untuk memperkuat pangsa pasar domestik.

Konsumsi Domestik Terdorong oleh Biodiesel

Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), konsumsi domestik CPO mencapai 18.460 ton pada Januari-September 2025. Angka ini naik dibandingkan 17.550 ton pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Sektor biodiesel menjadi kontributor terbesar dengan penyerapan sebesar 9.414 ton atau 51% dari total konsumsi. Sektor pangan menyumbang 40% dengan 7.372 ton, sementara oleokimia menyerap 9% atau 1.674 ton.

Peningkatan konsumsi domestik terutama didorong oleh kebijakan bauran biodiesel yang terus diperkuat. Hal ini memperkuat posisi CPO sebagai bahan baku utama dalam strategi energi terbarukan nasional. Selain itu, permintaan dari sektor pangan dan oleokimia juga menunjukkan tren positif.

Ekspor CPO Meningkat, Harga Tembus Level Tinggi

Volume ekspor minyak sawit Indonesia juga mencatat pertumbuhan signifikan selama Januari-September 2025. Data Gapki menunjukkan peningkatan sekitar 13%, dari 21.949 ton menjadi 24.896 ton. Dari sisi nilai, kenaikan jauh lebih tinggi yakni mencapai 39,85%, menembus angka US$27,31 miliar, meningkat dari US$19,53 miliar pada periode yang sama tahun 2024.

Lonjakan nilai ekspor tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga rata-rata CPO di pasar internasional. Harga CPO pada Januari-September 2025 tercatat mencapai US$1.210 per ton di pelabuhan Rotterdam, naik dari rata-rata US$1.020 per ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dampak Positif bagi Eksportir dan Industri Sawit

Kondisi pasar yang menggeliat ini memberikan keuntungan bagi eksportir maupun pelaku industri domestik. Kinerja ekspor yang membaik bersama dengan permintaan domestik yang kuat menciptakan sinergi positif. Eksportir mendapatkan nilai tambah dari harga global yang tinggi, sementara pasar dalam negeri tetap menjadi pangsa utama bagi produk sawit.

BMA yang baru mulai beroperasi pada 2024 memanfaatkan momentum ini dengan terus mengembangkan produk turunan sawit. Strategi ini bertujuan untuk tidak hanya memperbesar volume penjualan, tapi juga meningkatkan kualitas dan diversifikasi produk sesuai kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Strategi dan Tantangan ke Depan

Industri sawit nasional terus menyoroti pentingnya menjaga mutu dan ketepatan waktu pengiriman produk. Pelaku usaha diminta untuk konsisten dalam menerapkan praktik rantai pasok yang berkelanjutan sesuai standar internasional. Hal ini penting agar industri sawit Indonesia tetap mampu bersaing di pasar global sekaligus memenuhi kebutuhan domestik yang terus berkembang.

Berikut beberapa poin strategi yang diterapkan oleh pelaku usaha sawit di tengah peningkatan permintaan dan ekspor:

  1. Meningkatkan kapasitas produksi dan diversifikasi produk turunan sawit.
  2. Memperkuat rantai pasok dengan penerapan standar keberlanjutan.
  3. Menjaga kualitas produk agar tetap kompetitif di pasar domestik dan internasional.
  4. Memanfaatkan nilai tambah dari harga CPO yang meningkat secara global.

Dengan kondisi pasar yang semakin menguntungkan, diharapkan sektor minyak sawit nasional mampu berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan energi terbarukan.

Permintaan CPO domestik yang terus melesat dan harga ekspor yang meningkat membuka peluang bagi semua pelaku industri mulai dari produsen hingga eksportir. Tren ini menjanjikan keberlanjutan bisnis sawit yang lebih stabil dan menguntungkan pada tahun-tahun mendatang.

Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com

Berita Terkait

Back to top button