
Per Oktober 2025, penyaluran kredit multifinance tercatat mencapai Rp505,30 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat tipis, hanya naik sebesar 0,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Data terbaru ini menandai perlambatan dalam ekspansi pembiayaan multifinance di Indonesia. Faktor-faktor seperti kondisi ekonomi global yang masih belum stabil dan ketatnya regulasi kredit turut berkontribusi terhadap pertumbuhan yang minim ini.
Pertumbuhan Kredit Multifinance Berdasarkan Jenis Pembiayaan
Kredit multifinance dibagi ke dalam beberapa segmen utama yang memperlihatkan performa berbeda. Berikut rincian pertumbuhan kredit multifinance per Oktober 2025:
- Kredit kendaraan bermotor baru mengalami pertumbuhan rendah sebesar 0,5 persen.
- Kredit kendaraan bermotor bekas justru menunjukkan penurunan tipis, yaitu sekitar 0,3 persen.
- Kredit alat berat dan mesin menunjukkan kenaikan yang lebih kuat sebesar 1,2 persen.
- Kredit konsumsi lainnya mengalami stagnasi tanpa perubahan signifikan.
Perkembangan ini menggambarkan bahwa permintaan terhadap pembiayaan kendaraan baru dan bekas melemah akibat daya beli masyarakat yang terbatas. Di sisi lain, sektor alat berat masih mendapat dukungan dari aktivitas pembangunan yang berlanjut.
Kondisi Pasar dan Pengaruh Ekonomi Makro
Kenaikan kredit multifinance yang sangat kecil ini mencerminkan kehati-hatian pelaku industri pembiayaan dalam mengelola risiko kredit. Suku bunga acuan yang cenderung naik turut membuat biaya pembiayaan menjadi lebih mahal bagi konsumen. Selain itu, inflasi yang masih tinggi membatasi kemampuan konsumsi masyarakat untuk menambah kredit baru.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga terus memperketat pengawasan agar kualitas kredit tetap terjaga. Langkah ini penting untuk mencegah akumulasi kredit macet yang dapat merugikan perusahaan multifinance dan sistem keuangan nasional.
Strategi Pelaku Multifinance Menghadapi Perlambatan
Sejumlah perusahaan multifinance mulai beradaptasi dengan situasi pasar saat ini melalui strategi diversifikasi produk dan peningkatan layanan digital. Mereka juga fokus pada penyaluran kredit kepada segmen yang lebih selektif dan berkualitas. Misalnya, menawarkan fasilitas kredit yang lebih fleksibel dengan proses persetujuan yang lebih cepat berbasis teknologi digital.
Selain itu, pelaku multifinance terus menyalurkan pembiayaan ke sektor multiguna yang lebih kurang terdampak resesi ekonomi, seperti pembiayaan alat berat untuk proyek konstruksi infrastruktur. Hal ini membantu menjaga arus kredit agar tetap stabil walaupun pertumbuhan secara keseluruhan melambat.
Peran Kredit Multifinance dalam Perekonomian
Kredit multifinance masih menjadi salah satu sumber pembiayaan penting bagi sektor otomotif, alat berat, dan konsumsi di Indonesia. Meskipun pertumbuhannya melambat, peran multifinance dalam mendorong sektor riil tetap vital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Pertumbuhan kredit yang lambat juga menunjukkan adanya penyesuaian pasar terhadap kondisi ekonomi global dan domestik yang penuh ketidakpastian. Oleh sebab itu, pemantauan dan penataan kebijakan kredit multifinance perlu terus dilakukan agar penyaluran pembiayaan tetap sehat dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Data tingkat pertumbuhan sebesar 0,68 persen ini diharapkan menjadi sinyal bagi seluruh pelaku industri multifinance untuk memperkuat manajemen risiko dan meningkatkan inovasi produk pembiayaan. Hal ini penting agar multifinance dapat bermain peran optimal dalam menyeimbangkan kebutuhan pembiayaan dan risiko kredit di masa depan.
Baca selengkapnya di: finansial.bisnis.com





