Harga Emas Dunia Tembus Level Tertinggi, Naik 1 Persen Kini Jadi Sorotan Global

Shopee Flash Sale

Harga emas dunia melonjak lebih dari 1% dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu bulan pada perdagangan Kamis, 11 Desember 2025. Lonjakan harga ini terjadi setelah Federal Reserve AS (The Fed) kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, langkah yang mendorong sentimen positif di pasar logam mulia.

Menurut data perdagangan, harga spot emas naik 1,17% menjadi US$ 4.278,08 per ons troi, tertinggi sejak 21 Oktober 2025. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Februari 2026 juga menguat 2,1% ke level US$ 4.313 per ons troi. Kenaikan ini mencerminkan dorongan permintaan emas karena kebijakan moneter The Fed yang lebih longgar.

Dampak pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga membuat nilai dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama dunia. Penurunan nilai dolar ini menyebabkan harga emas yang didenominasikan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli internasional, sehingga permintaan emas meningkat.

Pada Jumat pagi, 12 Desember 2025, harga spot emas sedikit terkoreksi ke level US$ 4.268,50 per ons troi, turun 0,27%. Namun, tren kenaikan harga emas tetap kuat karena investor mencari perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.

Selain emas, harga perak juga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (all time high). Perak naik hampir 3% ke US$ 63,61 per ons troi dan sempat menyentuh US$ 64,31 di awal sesi perdagangan. Analis Marex, Edward Meir, menyatakan bahwa pergerakan agresif perak turut mengangkat harga emas serta logam mulia lain seperti platinum dan palladium.

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed merupakan yang ketiga secara berturut-turut sejak Oktober 2025. Meski begitu, bank sentral AS memberi sinyal bakal menahan laju pemotongan suku bunga untuk mengevaluasi kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih relatif tinggi.

Meir menilai bahwa keputusan menurunkan suku bunga sementara inflasi di AS belum mencapai target 2% memberikan sentimen bullish bagi emas. “Inflasi belum mencapai target, tetapi suku bunga justru turun. Ini kombinasi yang sangat positif bagi harga emas,” ujarnya.

Secara historis, suku bunga yang rendah membuat emas lebih menarik bagi investor karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Penurunan suku bunga menurunkan biaya peluang memiliki emas, sehingga permintaannya pun naik.

Dari aspek politik, Presiden AS Donald Trump mendukung kebijakan suku bunga rendah selama masa jabatan keduanya. Ia juga mengajukan calon pimpinan The Fed yang diyakini akan meneruskan arah kebijakan moneter longgar tersebut. Kevin Hassett, penasihat ekonomi Gedung Putih, disebut sebagai kandidat kuat untuk posisi ini.

Pelaku pasar kini menantikan data tenaga kerja AS non-farm payrolls (NFP) yang dijadwalkan rilis pada 16 Desember 2025. Data tersebut dinilai akan menjadi sinyal utama mengenai arah kebijakan moneter selanjutnya.

Secara ringkas, beberapa faktor utama yang mendorong harga emas dunia naik tajam adalah:

1. Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.
2. Pelemahan nilai dolar AS terhadap mata uang global.
3. Permintaan meningkat akibat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
4. Momentum kenaikan harga perak dan logam mulia lain yang memperkuat tren bullish.
5. Dukungan kebijakan moneter longgar dari pemerintah AS dan calon pucuk pimpinan The Fed.

Kondisi ini menciptakan sentimen positif di pasar emas global, mengangkat harga ke level tertinggi dalam waktu lebih dari satu bulan. Meskipun ada koreksi harga jangka pendek, tren fundamental mendukung permintaan emas tetap kuat di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter global yang dinamis.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button