Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah pada perdagangan Selasa, 16 Desember 2025. Rupiah tercatat turun 15 poin atau 0,09% ke posisi Rp16.682 per dolar AS pada pukul 09.45 WIB di pasar spot, menurut data Bloomberg.
Penurunan ini melanjutkan tren negatif rupiah yang sebelumnya juga melemah 21 poin ke posisi Rp16.667 pada Senin, 15 Desember 2025. Pelemahan rupiah ini sangat dipengaruhi oleh sinyal kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat.
Tekanan dari Kebijakan The Fed
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan The Fed menunjukkan sikap dovish dengan memangkas suku bunga dan memberikan sinyal akan memulai pembelian obligasi pemerintah jangka pendek mulai Desember 2025. Kebijakan The Fed tersebut dipandang sebagai bentuk pelonggaran moneter yang menambah likuiditas di pasar.
Menurut Ibrahim, tambahan likuiditas dari bank sentral AS berpotensi memperlebar tekanan terhadap mata uang negara berkembang seperti rupiah. "Pergerakan rupiah akan cenderung fluktuatif, namun diperkirakan ditutup melemah di kisaran Rp16.660 hingga Rp16.690 per dolar AS pada hari ini," ujarnya.
Fokus Pasar pada Data Ekonomi AS
Perhatian pelaku pasar pekan ini tertuju pada rilis data ketenagakerjaan sektor non-pertanian AS dan data inflasi konsumen (CPI) November 2025. Data ketenagakerjaan dirilis pada Selasa 16 Desember, sementara angka inflasi diumumkan Kamis 18 Desember 2025.
Pelaku pasar akan memperhatikan sinyal-sinyal perlambatan pertumbuhan lapangan pekerjaan dan meredanya tekanan inflasi. Kedua indikator ini menjadi faktor utama bagi The Fed dalam menentukan kelanjutan penurunan suku bunga.
Sentimen Geopolitik Masih Membayangi
Selain faktor kebijakan moneter dan data ekonomi AS, rupiah juga mendapat tekanan dari dinamika geopolitik global. Ketegangan di kawasan Eropa Timur terus menjadi perhatian, meski Rusia dan Ukraina sedang dalam tahap perundingan damai.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bahkan menawarkan opsi menangguhkan ambisi bergabung dengan NATO saat bertemu utusan AS di Berlin. Namun, ketidakpastian geopolitik ini tetap berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Ringkasan Faktor yang Mempengaruhi Rupiah
- Sinyal pelonggaran kebijakan moneter The Fed berupa pemangkasan suku bunga dan rencana pembelian obligasi jangka pendek.
- Rilis data ketenagakerjaan dan inflasi AS yang akan menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed.
- Ketegangan geopolitik global, khususnya konflik Rusia-Ukraina, yang meningkatkan risiko pasar mata uang.
Rupiah hari ini bergerak di bawah tekanan yang cukup kuat akibat sentimen dari Amerika Serikat dan kondisi geopolitik global. Pasar masih mewaspadai dampak kebijakan The Fed serta data ekonomi yang akan dirilis, sehingga volatilitas rupiah diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com