Sisa 5 Hari, Apakah IHSG Masih Berpeluang Tembus 9.000 Sebelum Akhir Tahun?

Shopee Flash Sale

Menjelang penutupan tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 8.609 pada penutupan Jumat, 19 Desember 2025. Dengan waktu perdagangan tersisa hanya 5 hari, muncul pertanyaan apakah IHSG mampu menembus angka 9.000 sebelum akhir tahun.

Analis saham dari PT Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan, menyatakan bahwa peluang IHSG mencapai level 9.000 masih terbuka. Menurutnya, sejumlah faktor perlu terjadi, seperti adanya belanja pemerintah dan kebijakan fiskal yang signifikan, pelonggaran moneter yang berlanjut, serta pemulihan kondisi ekonomi global.

Faktor Penentu Kenaikan IHSG

David menambahkan, selain stimulus fiskal dan moneter, re-rating valuasi saham dan perbaikan kinerja korporasi juga sangat krusial. Peningkatan minat investor domestik dan asing akan memperkuat kenaikan IHSG menjelang akhir tahun. Oleh karena itu, sentimen positif dari fundamental ekonomi dan pasar modal harus terus didorong.

Dampak sentimen global seperti kebijakan Bank of Japan yang menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,75 persen juga perlu dicermati. Kenaikan ini tercatat sebagai tingkat suku bunga tertinggi di Jepang sejak 1995 dan berpotensi memengaruhi arus modal ke pasar saham Indonesia. Selain itu, data tenaga kerja Amerika Serikat pada November 2025 juga memperlihatkan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja yang menimbulkan ketidakpastian bagi investor.

Sentimen Kunci Pekan Terakhir Tahun

Pekan terakhir perdagangan tahun ini hanya berlangsung selama tiga hari hingga 24 Desember 2025, karena libur Natal dan cuti bersama. Sentimen kunci yang harus dicermati adalah perkembangan Framework Agreement antara Amerika Serikat dan Indonesia. Laporan dari Financial Times dan Reuters menyebutkan bahwa kesepakatan ini terancam batal karena Indonesia dianggap mundur dari komitmen yang telah disetujui pada Juli 2025.

Penjualan saham oleh investor asing juga menjadi perhatian. Sepanjang pekan terakhir, terjadi outflow asing sebesar Rp 365 miliar di pasar reguler. Hal ini menjadi faktor penghambat pergerakan IHSG naik cepat menuju target 9.000.

Kebijakan Bank Indonesia dan Stabilitas Rupiah

Berbeda dari Bank of Japan, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen. Kebijakan ini diambil dengan tujuan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Sikap prudent ini diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap volatilitas pasar keuangan lokal di tengah gejolak global.

Risiko dan Prospek IHSG ke Depan

Meski ada sejumlah faktor penghambat, optimisme IHSG tembus level 9.000 masih ada jika terdapat kebijakan fiskal yang agresif dan sinyal pelonggaran moneter yang jelas. Reaksi pasar sangat ditentukan oleh dinamika isu perdagangan dan geopolitik, khususnya hubungan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat.

Berikut beberapa faktor penentu pergerakan IHSG dalam lima hari terakhir bursa 2025:

  1. Kebijakan fiskal dan belanja pemerintah yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
  2. Kebijakan moneter Bank Indonesia dan bukti pelonggaran jika diperlukan.
  3. Sentimen dari kesepakatan Framework Agreement AS-Indonesia.
  4. Pergerakan arus modal asing yang masuk atau keluar pasar saham.
  5. Data ekonomi global, termasuk kondisi pasar tenaga kerja AS dan kebijakan suku bunga negara maju.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, meski target menembus 9.000 sangat ambisius dalam waktu singkat, tidak bisa sepenuhnya dikesampingkan. Investor dan pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas dan terus memperhatikan perkembangan sentimen utama. Monitoring ketat terhadap faktor domestik dan global menjadi kunci dalam mengambil keputusan trading maupun investasi menjelang tutup tahun.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button