Kredit UMKM Terpuruk November 2025, Segmen Mikro dan Menengah Jadi Faktor Utama

Kredit UMKM di Indonesia kembali tertekan pada November 2025 setelah menunjukkan pelemahan lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya. Data ini menegaskan bahwa pembiayaan bagi pelaku usaha kecil masih menghadapi tantangan di tengah risiko kredit yang meningkat.

Tekanan kredit UMKM tersebut disampaikan oleh Bank Indonesia melalui laporan resmi Perkembangan Uang Beredar. Otoritas moneter mencatat penurunan terutama terjadi pada segmen usaha mikro dan menengah.

Kredit UMKM Kian Tertekan pada November 2025

Penyaluran kredit kepada UMKM tercatat mencapai Rp1.493,8 triliun pada November 2025. Nilai tersebut terkontraksi 0,7 persen secara tahunan atau year on year setelah pada Oktober 2025 hanya turun 0,1 persen YoY.

“Penyaluran kredit kepada UMKM pada November 2025 terkontraksi sebesar 0,7% YoY,” tulis BI dalam laporannya, dikutip pada Senin (22/12/2025). Angka ini memperlihatkan tekanan kredit UMKM semakin dalam dalam satu bulan terakhir.

Kontraksi Didorong Segmen Mikro dan Menengah

Bank sentral mengungkapkan pelemahan kredit UMKM terutama bersumber dari skala mikro dan menengah. Kredit mikro tercatat terkontraksi 5,5 persen YoY, sedangkan kredit menengah turun 0,6 persen YoY.

Pada Oktober 2025, kedua segmen ini juga telah mengalami penurunan. Kredit mikro turun 4,3 persen YoY dan kredit menengah terkontraksi 1,4 persen YoY pada periode tersebut.

Pelemahan beruntun ini menandakan tekanan pembiayaan masih belum mereda bagi pelaku usaha mikro dan menengah. Kondisi tersebut mempersempit ruang ekspansi usaha di tengah kebutuhan modal yang tetap tinggi.

Kredit Usaha Kecil Masih Tumbuh

Di tengah kontraksi dua segmen utama, kredit UMKM skala kecil masih mencatatkan pertumbuhan. Pada November 2025, kredit usaha kecil mencapai Rp526,9 triliun atau tumbuh 5,9 persen YoY.

Namun pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan Oktober 2025 yang tercatat sebesar 6,4 persen YoY. Perlambatan ini menunjukkan pemulihan kredit usaha kecil belum sepenuhnya solid.

Pertumbuhan yang melambat tetap memberi sinyal positif dibandingkan segmen lainnya. Meski begitu, laju yang menurun mencerminkan kehati hatian perbankan yang masih kuat.

Kredit Modal Kerja Jadi Faktor Penekan

Berdasarkan jenis penggunaan, kontraksi kredit UMKM dipengaruhi oleh kredit modal kerja. BI mencatat kredit modal kerja UMKM terkontraksi sebesar 4,1 persen YoY pada November 2025.

Kondisi ini menandakan pelaku UMKM masih menahan ekspansi operasional. Banyak usaha memilih menunggu kepastian ekonomi sebelum menambah pembiayaan.

Penurunan kredit modal kerja juga berdampak langsung pada aktivitas produksi. Arus kas usaha menjadi lebih ketat dalam jangka pendek.

Perbankan Lebih Selektif Menyalurkan Kredit

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa perbankan bersikap lebih selektif dalam menyalurkan kredit. Sikap ini terutama terlihat pada segmen konsumsi dan UMKM.

“Kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM akibat peningkatan risiko kredit pada kedua segmen tersebut,” kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan Desember 2025, Rabu (17/12/2025). Pernyataan ini menegaskan faktor risiko menjadi perhatian utama perbankan.

Di sisi lain, minat penyaluran kredit secara umum masih terjaga. Hal ini tercermin dari persyaratan pemberian kredit atau lending requirement yang cenderung semakin longgar.

Kredit Perbankan Masih Tumbuh

Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit perbankan pada November 2025 tercatat sebesar 7,74 persen YoY. Angka ini meningkat tipis dibandingkan Oktober 2025 yang berada di level 7,36 persen YoY.

Fasilitas kredit yang belum ditarik atau undisbursed loan mencapai Rp2.509,4 triliun. Nilai tersebut menunjukkan ruang penyaluran kredit masih cukup besar.

Perry menilai penyaluran kredit masih perlu ditingkatkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Permintaan kredit dinilai belum kuat karena sikap pelaku usaha yang masih wait and see.

Suku Bunga Turun Namun Belum Agresif

Penurunan suku bunga kredit dinilai berjalan lebih lambat dibandingkan penurunan suku bunga kebijakan. BI rate telah turun 125 basis poin sepanjang 2025.

Sebaliknya, suku bunga deposito satu bulan hanya turun 67 basis poin dari 4,81 persen menjadi 4,15 persen pada November 2025. Suku bunga kredit perbankan juga hanya turun 24 basis poin dari 9,20 persen menjadi 8,96 persen.

Kondisi ini membuat transmisi kebijakan moneter ke sektor riil belum optimal. Dampaknya, pemulihan kredit UMKM masih berjalan tertahan.

Baca selengkapnya di: finansial.bisnis.com

Exit mobile version