iPhone Air Gagal, Xiaomi dan Vivo Batal Produksi HP Tipis: Fakta dan Dampaknya

Shopee Flash Sale

iPhone Air yang baru-baru ini diluncurkan mengalami kegagalan penjualan yang cukup signifikan. Kondisi ini memaksa para pesaing utama Apple di pasar global melakukan evaluasi dan perubahan strategi.

Brand-brand smartphone China seperti Xiaomi dan Vivo membatalkan atau menunda pengembangan perangkat ultra tipis mereka. Langkah ini diambil setelah melihat respons pasar yang hambar terhadap iPhone Air, khususnya dalam segmen ponsel dengan desain super tipis.

Pembatalan dan Penundaan Proyek Smartphone Tipis
Xiaomi, yang semula berencana meluncurkan ponsel ultra tipis sebagai pesaing iPhone Air, memilih membatalkan proyek tersebut. Vivo juga menunda rilis seri S yang didesain super tipis, yang sejatinya akan menargetkan kelas mid-range.

Selain itu, komponen-komponen seperti eSIM yang sudah disiapkan untuk perangkat tipis dialihkan ke lini produk lain. Keputusan ini menandakan adanya dampak berantai dari kegagalan model iPhone Air terhadap para kompetitor di industri smartphone.

Dampak pada Rantai Produksi
Di sektor produksi, Foxconn selaku mitra utama Apple dilaporkan sudah membongkar lini khusus perakitan iPhone Air. Pemasok lain seperti Luxshare bahkan menghentikan total produksi sejak akhir Oktober 2025. Ini merefleksikan respons pasar yang negatif terhadap produk smartphone ultra tipis yang dianggap kurang memenuhi ekspektasi fungsional.

Apple sendiri terpaksa memangkas produksi iPhone Air sebanyak satu juta unit karena permintaan yang melemah. Hal ini menunjukkan kegagalan bukan fenomena instan, tapi sudah berlangsung selama beberapa bulan.

Analisis Spesifikasi dan Harga iPhone Air
Ketipisan iPhone Air – yang hanya 5,6 mm – memang menjadi keunggulan utama. Namun, harga jual yang premium tidak diimbangi dengan spesifikasi yang sepadan. Di Indonesia, harga iPhone Air varian terkecil 256 GB dibanderol Rp21,2 juta, sementara model tertinggi 1 TB mencapai lebih dari Rp30 juta.

Perangkat ini hanya menyediakan satu kamera belakang dan kapasitas baterai lebih kecil dibanding model iPhone 17 Pro. Padahal dengan tambahan sekitar Rp2,5 juta saja, konsumen bisa mendapatkan iPhone 17 Pro dengan fitur lebih lengkap dan performa lebih tinggi.

Perbandingan harga dan fitur tersebut membuat konsumen lebih memilih seri Pro daripada perangkat yang terlalu mengorbankan fungsi demi desain tipis.

Kondisi Pasar dan Tren Smartphone Tipis
Kegagalan iPhone Air bukanlah hal pertama di pasar smartphone ultra tipis. Samsung Galaxy S25 Edge yang dulu meluncur juga mengalami nasib serupa hingga akhirnya produk tersebut dihentikan produksinya.

Trend pasar saat ini tampak bergeser dari fokus ketipisan ekstrim menjadi keseimbangan antara desain dan fungsionalitas. Konsumen lebih mengutamakan daya tahan baterai, jumlah kamera, dan fitur lengkap daripada perangkat yang sangat tipis namun memiliki kompromi signifikan.

Strategi Brand dalam Menyikapi Pasar
Merek-merek besar kini menjadi lebih berhati-hati dalam mengembangkan produk. Walau Apple dikabarkan masih mengerjakan iPhone Air generasi kedua, upaya ini dilakukan sambil mempelajari respons pasar sebelumnya.

Strategi peluncuran produk flagship di tahun-tahun mendatang kemungkinan akan mengutamakan nilai praktis bagi pengguna tanpa mengorbankan inovasi desain secara berlebihan. Brand Cina seperti Xiaomi dan Vivo juga menyesuaikan arah pengembangan produk agar lebih sesuai dengan permintaan konsumen.

Pengaruh Kegagalan pada Ekosistem Industri Smartphone
Kegagalan iPhone Air memicu reaksi berantai yang mempengaruhi hampir seluruh aspek rantai pasok dan produksi ponsel. Pembatalan proyek ultra tipis oleh Xiaomi dan Vivo menandakan perlunya evaluasi ulang tren teknologi yang diusung.

Industri smartphone global tampaknya sedang beradaptasi dengan preferensi konsumen yang lebih rasional mengenai keseimbangan antara estetika, performa, dan daya tahan. Dengan semua perubahan ini, masa depan ponsel tipis harus menghadapi tantangan besar untuk bisa kembali diminati secara luas.

Berita Terkait

Back to top button