Motorola dan OnePlus mencatat momen penting di tahun 2025 dalam persaingan ketat pasar ponsel global. Keduanya menghadapi peluang dan tantangan di tengah dominasi Samsung dan Apple yang sudah mapan.
Motorola konsisten memperkuat posisinya lewat seri Edge 2025 yang mengusung desain stylish dan fitur premium. Menariknya, seri ini dipasarkan dengan harga lebih terjangkau dibandingkan flagship pesaing, sehingga menarik segmen mid-range hingga high-end.
Strategi Motorola didukung oleh kolaborasi erat dengan operator untuk memperluas jangkauan pasar. Namun, margin keuntungan masih menjadi pekerjaan rumah bagi perusahaan yang bernaung di bawah Lenovo ini.
Sementara OnePlus merilis dua flagship penting, OnePlus 13 dan OnePlus 15, yang sempat dinantikan sebagai pesaing berat Samsung Galaxy S25 dan iPhone 17. OnePlus 13 mendapat pujian atas performa dan desainnya yang memikat banyak penggemar.
Namun, OnePlus menuai kritik terutama pada strategi harga dan diferensiasi produk, khususnya varian “R” yang dianggap membingungkan posisi brand utama. Penggabungan ke dalam ekosistem Oppo memperkuat efisiensi, tapi juga menimbulkan kekhawatiran kehilangan identitas.
Pasar ponsel 2025 tidak hanya berfokus pada ponsel pintar. Ekosistem perangkat wearable juga mengalami revolusi, contohnya Google Pixel Watch 4 yang mengedepankan kemudahan perbaikan dan fitur navigasi GPS 6 satelit. Tren ini menumbuhkan ekspektasi baru konsumen terhadap durabilitas produk elektronik.
Persaingan produk juga semakin melibatkan kecerdasan buatan atau AI. Baik Motorola maupun OnePlus berupaya mengintegrasikan AI on-device untuk memberikan manfaat nyata dalam fotografi dan produktivitas. Hal ini menjadi kunci memenangkan hati pengguna di era digital.
Kedua merek ini juga menyadari pentingnya inovasi desain dan personalisasi produk. Motorola menonjolkan identitas desain Amerika dengan penawaran modular dan harga kompetitif. OnePlus berupaya menyeimbangkan DNA flagship killer dengan tuntutan bisnis efisien melalui integrasi teknologi Oppo.
Di sisi lain, persaingan dari Apple dengan iPhone 17 yang dominan di segmen premium dan Samsung yang menguasai berbagai segmen dengan produk dari seri A hingga Z Fold semakin mempersulit posisi kedua brand. Vendor China seperti Xiaomi, Vivo, dan Realme juga agresif berlomba menawarkan fitur dan harga menarik.
Memasuki tahun-tahun mendatang, Motorola dan OnePlus harus mampu beradaptasi agar tetap relevan dan unik di mata konsumen. Membangun ekosistem yang kohesif mulai dari smartphone, wearable, hingga perangkat IoT menjadi faktor penting untuk menjaga loyalitas.
Isu keberlanjutan dan kemudahan perbaikan produk juga semakin diperhatikan. Konsumen menuntut perangkat yang tahan lama dan mudah diperbaiki, terutama setelah tren repairability semakin mendapat perhatian setelah inovasi di produk seperti Pixel Watch 4.
Melalui perjalanan yang penuh dinamika, Motorola dan OnePlus telah membuktikan bahwa masih ada peluang bagi pemain non-utama untuk bersaing di pasar ponsel global. Keberhasilan mereka menunjukkan pentingnya inovasi, pemahaman kebutuhan konsumen, dan konsistensi membangun narasi merek yang kuat.
Tahun 2025 menjadi pelajaran berharga sekaligus fondasi bagi Motorola dan OnePlus menghadapi persaingan yang semakin kompleks di era teknologi digital. Kisah mereka tetap menarik untuk diikuti dalam perkembangan industri smartphone ke depan.
