
Saat musim liburan Nataru tiba, banyak masyarakat Indonesia mulai merencanakan perjalanan dan mengalokasikan dana khusus untuk kebutuhan liburan. Perputaran dana yang sangat besar selama periode ini, mencapai total ratusan triliun rupiah, ternyata menjadi magnet bagi pelaku penipuan digital untuk mengintai dan melancarkan serangan.
VIDA, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keamanan identitas digital, mengingatkan pentingnya perlindungan data pribadi selama musim liburan. Niki Luhur selaku Founder & Group CEO VIDA menegaskan, identitas digital sudah menjadi kunci utama keamanan finansial masyarakat. Ia menyebut bahwa aksi penipuan yang dilaporkan per hari rata-rata mencapai lebih dari 870 kasus. "Kita tidak bisa lagi bergantung pada sistem keamanan konvensional seperti OTP berbasis SMS yang mudah dibobol," ujarnya.
Alasan Momen Libur Nataru Jadi Target Penipuan
Libur Nataru sering kali menciptakan situasi ideal bagi pelaku kejahatan siber. Banyak transaksi terjadi dalam waktu singkat, sedangkan masyarakat berada dalam suasana santai dan terburu-buru merespons berbagai penawaran. Penjahat memanfaatkan momen ini karena banyak orang lengah saat mengeksekusi pembayaran, khususnya ketika bertransaksi secara digital.
Menurut data yang dicatat Indonesia Anti-Scam Center, jumlah laporan penipuan meningkat signifikan di masa-masa ramai transaksi seperti Nataru. Dari ratusan ribu laporan yang masuk, kerugian masyarakat mencapai angka fantastis. Hanya sebagian kecil dana korban atau sekitar 4,7 persen yang berhasil dikembalikan, sementara sisanya hilang tanpa jejak.
Modus Penipuan yang Mendominasi selama Nataru
Penipuan tidak hanya mengandalkan cara lama, tapi kini bertransformasi dengan teknologi terbaru. Sebanyak 80 persen pembobolan akun terjadi karena kerentanan pada metode OTP berbasis SMS ataupun teknik phishing. Hal ini membuat verifikasi dua faktor via SMS tak lagi cukup aman menghadapi modus penipuan yang makin canggih.
Kecanggihan lain yang kini dimanfaatkan pelaku adalah teknologi AI Deepfake. Penipuan berbasis deepfake di Indonesia dilaporkan meningkat drastis, bahkan mencapai ribuan persen. Para penipu kini mampu meniru suara keluarga, teman, hingga atasan dengan tingkat kemiripan yang hampir sempurna. Kala korban menerima telepon darurat dan diminta mentransfer dana, mereka pun jadi lebih mudah percaya.
Otoritas Jasa Keuangan mengidentifikasi beberapa modus terbesar selama musim liburan. Berikut tiga bentuk modus yang paling banyak terjadi:
-
Telepon Palsu:
- Jumlah laporan: hampir 40 ribu
- Estimasi kerugian: lebih dari satu triliun rupiah
-
Shopping Scam:
- Jumlah laporan: lebih dari 60 ribu
- Estimasi kerugian: lebih dari satu triliun rupiah
- Investment Scam Bodong:
- Jumlah laporan: sekitar 25 ribu
- Estimasi kerugian: melebihi satu triliun rupiah
Rata-rata, masyarakat baru melapor setelah 12 jam sejak terjadinya aksi penipuan. Kondisi ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan negara lain yang biasanya langsung melapor dalam waktu 15-20 menit. Akibatnya, peluang dana bisa diselamatkan pun makin menipis.
Tips Mencegah Penipuan Selama Libur Nataru
VIDA membagikan sejumlah tips praktis untuk melindungi diri dari aksi penipuan saat musim Nataru:
- Hindari menggunakan jaringan Wi-Fi publik saat melakukan transaksi keuangan.
- Selalu lakukan verifikasi ulang pada permintaan transfer dana, jangan langsung percaya pada suara akrab lewat telepon.
- Abaikan tekanan seperti ancaman blokir atau promo terbatas yang memaksa Anda bertindak spontan.
- Selalu cek detail transfer, nama penerima, serta nominal sebelum memproses dokumen keuangan.
- Pertimbangkan penggunaan teknologi biometrik seperti sidik jari atau pengenalan wajah sebagai pengganti OTP berbasis SMS.
Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Siber dan Sandi Negara juga secara rutin mengingatkan masyarakat agar lebih waspada. Digitalisasi memang memudahkan hidup, namun keamanan identitas digital tetap menjadi benteng utama investasi dan transaksi finansial harian.
Pemanfaatan identitas digital yang kuat dan keamanan berlapis menjadi pertahanan utama menghadapi modus baru yang terus berkembang. Semakin cermat dan bijak masyarakat dalam menjaga data pribadi, semakin kecil peluang pelaku penipuan memanfaatkan momen liburan untuk melakukan aksinya.





