Pasar smartphone Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan persaingan ketat di segmen perangkat premium. Produsen global berlomba menghadirkan inovasi teknologi dan pengalaman pengguna yang semakin berfokus pada kecerdasan buatan (AI).
Samsung memulai tahun dengan Galaxy S25 Series yang mengusung Snapdragon 8 Elite khusus, meningkatkan kemampuan pemrosesan AI secara on-device. Fitur unggulan termasuk kamera ultrawide 50 MP dan dukungan gaming ray tracing, dijual mulai Rp15 juta.
Xiaomi merilis Xiaomi 15 Series dengan desain bingkai aluminium melengkung dan layar bezel tipis. Kolaborasi dengan Leica menghadirkan sistem kamera tiga lensa 50 MP dan AI fotografi canggih. Harga mulai dari Rp11,9 juta hingga hampir Rp20 juta untuk varian Ultra.
Realme menghadirkan GT 7 Series sebagai “flagship killer” dengan chipset MediaTek, sistem pendingin graphene, dan baterai jumbo 7.000 mAh. Edisi terbatas kolaborasi dengan Aston Martin Formula One™ menegaskan strategi membangun citra premium.
Apple memperkenalkan iPhone 17 Series dengan chip A19 dan A19 Pro serta peningkatan AI untuk kamera dan personalisasi sistem. Model Pro mendukung perekaman video resolusi tinggi dan konektivitas USB-C berkecepatan tinggi.
Huawei meluncurkan Pura 80 Series yang fokus pada inovasi kamera dengan sensor 1 inci, teknologi Ultra Chroma, dan sistem lensa telefoto ganda. Seri ini menyasar profesional dan kreator konten yang membutuhkan perangkat imaging-centric.
Merek-merek lama juga menunjukkan kebangkitan pada 2025. Motorola resmi kembali dengan Moto G dan Moto Edge menggunakan Android murni dan harga kompetitif. Nubia memperkuat segmen gaming dengan desain agresif dan pendingin canggih.
Honor hadir kembali dengan produk lipat Honor Magic V3, seri Honor X, dan perangkat AI lainnya. Pada paruh kedua tahun, Honor melebarkan lini tablet Honor Pad untuk segmen entry-level hingga premium, memperkuat ekosistem berbasis kecerdasan buatan.
Penggunaan smartphone 5G di Indonesia masih lambat meski peluncuran perangkat baru agresif. Pada kuartal III/2025, perangkat 5G hanya 35% dari total pengapalan, dengan pertumbuhan tahunan hanya 4%. Konsumen masih mengutamakan harga dan daya tahan.
Aryo Meidianto Aji dari SEQARA Communications menilai bahwa keterbatasan kualitas dan pemerataan jaringan 5G membuat fitur ini belum memberikan nilai tambah signifikan. Jaringan 4G dinilai sudah memadai untuk kebutuhan sehari-hari.
Alih-alih 5G, AI menjadi senjata utama produsen. Samsung memperluas Galaxy AI untuk fotografi dan produktivitas. Apple mengoptimalkan pemrosesan AI on-device untuk personalisasi dan pengolahan gambar.
Xiaomi, Honor, dan Huawei menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi baterai, performa perangkat, serta kemampuan kamera. Tren ini menunjukkan bahwa kecerdasan buatan menjadi pembeda utama dalam persaingan pasar gadget 2025.
Baca selengkapnya di: teknologi.bisnis.com




