Sutradara Wregas Bhanuteja mengambil pendekatan unik dan romantis saat merekrut para pemain film Para Perasuk. Tidak sekadar mengirim naskah, ia menggunakan cara kreatif yang berhasil menyentuh hati aktor papan atas Indonesia.
Angga Yunanda bercerita bagaimana Wregas mengajaknya makan malam lalu memperlihatkan presentasi berisi foto pesta kerasukan dan sebuah kotak misterius. Ketika kotak itu dibuka, isinya adalah surat cinta yang berisi ajakan untuk berlayar bersama kembali.
Surat tersebut membuat Angga merasa tersentuh dan akhirnya menerima tawaran bergabung. Sementara itu, Maudy Ayunda mendapat undangan berbeda berupa sebuah doodle atau coretan di ponsel Wregas yang berisi kalimat romantis “Maukah kau menjadi Laksmi?”.
Berbeda dengan Angga dan Maudy, Chicco Kurniawan justru “dijebak” lewat sesi reading naskah tanpa momen makan malam romantis. Chicco awalnya tidak menyangka dirinya akan memerankan tokoh Pawit hingga Wregas memutar rekaman wajahnya sendiri di televisi.
Setelah proses perekrutan yang unik, para pemain dihadapkan pada tantangan berat dalam proses syuting. Angga harus berlatih gerakan menggunakan perut di atas aspal, tanpa bantuan tangan atau kaki, untuk menampilkan sosok binatang melata.
Maudy yang berperan sebagai Laksmi bahkan tampil nyeker di berbagai medan ekstrem di Yogyakarta. Ia belajar menarikan gerakan 10 roh binatang berbeda sambil berinteraksi dengan serangga asli di lokasi syuting.
Bryan Domani, pemeran Ananto, juga mengalami kesulitan tersendiri. Ia harus menguasai alat musik tam-tam sambil menjaga ketukan metronom yang sampai muncul dalam mimpinya. Peran itu menuntutnya mengombinasikan dialog panjang dengan permainan kendang secara stabil.
Para pemain menjalani latihan fisik ekstrem dan totalitas, mulai dari gerakan tubuh nonkonvensional hingga penghayatan karakter serius di lokasi dengan kondisi alam yang menantang. Semua usaha itu diharapkan membuka jalan keberhasilan film.
Keberhasilan Para Perasuk menembus Sundance Film Festival 2026 bukan hanya karena cerita yang kuat, tetapi juga karena dedikasi intens para pemain dan kreativitas sutradara dalam membentuk tim. Film ini menjadi salah satu karya Indonesia yang siap bersaing di kancah internasional.
Produksi dari Rekata Studio ini dijadwalkan akan tayang di bioskop dalam negeri setelah berjalan di festival internasional. Jebakan romantis dan latihan fisik keras para aktor menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah sukses film ini.
Baca selengkapnya di: www.suara.com





