Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, kembali melakukan kunjungan ke Aceh untuk meninjau korban bencana banjir bandang. Namun, kunjungannya memicu kontroversi setelah video dirinya menikmati sate khas Aceh dengan duduk santai beredar luas di media sosial.
Video yang diunggah akun Instagram @aceh.indonews menunjukkan Zulkifli Hasan makan sate sambil menghisap cerutu. Momen tersebut terjadi saat ia tengah berada di daerah terdampak bencana. Gestur santai dan suasana makan yang tenang ini dianggap tidak selaras dengan kondisi darurat yang dialami warga.
Reaksi Publik dan Kritik Netizen
Tayangan ini langsung mendapat reaksi keras dari netizen yang menilai sikap Zulhas kurang empati. Mereka membandingkan kenyamanan makan dengan kondisi lapangan yang masih penuh tantangan, seperti kekurangan bahan makanan dan akses logistik yang terhambat.
Beberapa komentar di media sosial menyoroti etika seorang pejabat dalam berperilaku di tengah krisis. Mereka memandang waktu dan cara santap makanan yang dipilih kurang tepat, bahkan menimbulkan kesan abai terhadap penderitaan korban. Misalnya, seorang warganet menulis, "Para korban di lapangan sudah kelaparan, tapi beliau santai makan, tolong fokus membantu," tulis @her****.
Tidak hanya itu, cerutu yang dihisap Zulhas juga menjadi sasaran kritik. Banyak yang mengasosiasikannya dengan citra tidak serius atau seperti tokoh mafia, yang dinilai memperparah citra negatif pejabat tersebut selama masa tanggap bencana.
Pentingnya Etika dan Simpati Dalam Situasi Krisis
Kontroversi ini menggambarkan sensitivitas publik terhadap gaya komunikasi dan tindakan pejabat di titik-titik krisis. Diharapkan, setiap aktivitas pejabat publik, terutama saat kunjungan bencana, mencerminkan empati dan perhatian penuh terhadap kondisi masyarakat.
Aspek waktu, tempat, dan gestur menjadi penting agar pesan yang disampaikan tidak salah tafsir. Mengutamakan koordinasi dan akselerasi bantuan dianggap lebih tepat ketimbang melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan persepsi negatif.
Data Situasi Bencana di Aceh
Bencana banjir bandang di Aceh menyebabkan banyak warga kesulitan mengakses kebutuhan pokok. Logistik untuk korban masih belum merata sepenuhnya, dan dampak lumpur serta kerusakan infrastruktur membuat penanganan di lapangan menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah dan relawan terus berupaya menyelesaikan masalah ini secara bertahap.
Sementara itu, uang pajak rakyat seharusnya digunakan secara transparan dan tepat sasaran untuk mempercepat pemulihan. Publik menuntut pejabat dapat menunjukkan integritas dan sikap yang sesuai dengan amanah yang dipegangnya.
Harapan dari Publik dan Pemerintah
Warga berharap kunjungan pejabat seperti Zulkifli Hasan bisa lebih fokus menunjukkan tindakan nyata dalam membantu korban. Kebersamaan dan empati menjadi kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat dimasa sulit ini. Isu santap makanan di momen kritis membuka pelajaran penting tentang pentingnya citra dan sensitivitas pejabat publik.
Penggunaan media sosial sebagai ruang kontrol publik juga memperkuat suara masyarakat agar pejabat lebih berhati-hati. Sekalipun makan adalah kebutuhan dasar, cara penyajiannya harus tetap memperhatikan konteks agar tidak menimbulkan kontroversi atau salah persepsi.
Kasus ini mencerminkan tantangan komunikasi publik di era digital dan pentingnya keseimbangan antara aktivitas pribadi dan tugas negara, terutama dalam situasi krisis bencana.
Baca selengkapnya di: www.suara.com




