Daftar Pertahanan Gelar Terburuk Sepanjang Masa yang Patut Diketahui

Bertahan sebagai juara dalam kompetisi sepak bola domestik sering kali dianggap jauh lebih sulit dibandingkan memenangkan gelar pertama kali. Tekanan bertambah, lawan berusaha meningkatkan performa, dan kurangnya motivasi bisa menjadi faktor yang merusak pertahanan gelar juara. Berikut ini adalah rangkuman dari beberapa pertahanan gelar terburuk yang pernah terjadi di lima liga top Eropa dalam beberapa dekade terakhir.

1. Nantes (Ligue 1)
Musim juara: 68 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 43 poin dan posisi ke-11.
Penurunan sebesar 25 poin mencerminkan kehancuran performa Nantes setelah memenangkan gelar pada musim awal millennium. Olivier Monterrubio mencetak 12 gol saat membawa tim meraih juara, namun skuad gagal mempertahankan prestasi tersebut.

2. Manchester United (Premier League)
Musim juara: 89 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 64 poin dan posisi ke-7.
Perpindahan dari era Sir Alex Ferguson ke David Moyes membawa kehancuran. Moyes gagal mempertahankan performa, yang berakhir dengan pemecatannya sebelum musim selesai.

3. Blackburn Rovers (Premier League)
Musim juara: 89 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 61 poin dan posisi ke-7.
Duo "SAS" Alan Shearer dan Chris Sutton membawa gelar, tetapi cedera panjang membuat Sutton tak mencetak gol dan performa tim anjlok drastis.

4. Lille (Ligue 1)
Musim juara: 83 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 55 poin dan posisi ke-10.
Lille mengakhiri dominasi Paris Saint-Germain sebelum terjun bebas ke posisi ke-10 di musim berikutnya. Penurunan 28 poin menunjukkan betapa sulitnya mempertahankan gelar.

5. Real Madrid (La Liga)
Musim juara: 92 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 63 poin dan posisi ke-4.
Pada masa kepelatihan Fabio Capello, Real Madrid tidak mampu mempertahankan gelar. Penurunan 29 poin terjadi di tengah inkonsistensi pada paruh kedua musim yang membuat Barcelona menjadi juara.

6. Montpellier (Ligue 1)
Musim juara: 82 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 52 poin dan posisi ke-9.
Olivier Giroud menjadi bintang dan membawa Montpellier ke gelar kejutan, sebelum pindah ke Arsenal, membuat tim kesulitan mempertahankan prestasi.

7. Liverpool (Premier League)
Musim juara: 99 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 69 poin dan posisi ke-10.
Liverpool yang memenangkan gelar pertama Premier League di masa pandemi Covid-19 mengalami kemerosotan performa serius di musim berikutnya, menurunkan 30 poin.

8. AC Milan (Serie A)
Musim juara: 73 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 43 poin dan posisi ke-11.
Setelah perpisahan dengan Fabio Capello, AC Milan mengalami penurunan performa dramatis hingga turun ke posisi setengah bawah klasemen.

9. Leeds United (Liga Inggris Divisi Satu / Awal Premier League)
Musim juara: 82 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 51 poin dan posisi ke-11.
Kepergian Eric Cantona ke Manchester United memberi dampak luar biasa pada Leeds, yang langsung mengalami penurunan performa.

10. Leicester City (Premier League)
Musim juara: 81 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 44 poin dan posisi ke-12.
Kisah dongeng Leicester mengakhiri musim 2015-16 sebagai juara, namun keajaiban itu tak bertahan lama dan mereka jatuh jauh pada musim berikutnya.

11. Napoli (Serie A)
Musim juara: 90 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 53 poin dan posisi ke-11.
Kepergian pelatih Luciano Spalletti dan Kim Min-jae membuat Napoli gagal mengulang prestasi meski stok pemain inti tetap sama, berujung pada krisis manajerial dan hasil mengecewakan.

12. Chelsea (Premier League)
Musim juara: 87 poin dan posisi pertama.
Musim berikutnya: 50 poin dan posisi ke-10.
Masa keemasan Mourinho di Chelsea berakhir dengan buruk. Kekalahan beruntun dan hilangnya kontrol atas tim membuat manajer itu dipecat sebelum musim rampung.

Rangkuman angka berikut memperlihatkan selisih poin antara musim juara dan musim pertahanan gelar:

Tim Musim Juara (Poin) Musim Pertahanan (Poin) Penurunan Poin
Nantes 68 43 25
Manchester Utd 89 64 25
Blackburn 89 61 28
Lille 83 55 28
Real Madrid 92 63 29
Montpellier 82 52 30
Liverpool 99 69 30
AC Milan 73 43 30
Leeds United 82 51 31
Leicester City 81 44 37
Napoli 90 53 37
Chelsea 87 50 37

Fenomena terburuk dalam mempertahankan gelar ini memunculkan pelajaran penting bagi klub-klub besar. Meski meraih gelar merupakan pencapaian luar biasa, menjaga konsistensi performa di musim berikutnya adalah tantangan yang membutuhkan strategi matang, manajemen yang stabil, serta dukungan squad yang kuat. Banyak faktor seperti perubahan pelatih, cedera pemain kunci, hingga beban mental menjadi penentu besarnya penurunan performa.

Data ini juga mengingatkan bahwa keajaiban di lapangan seperti yang diraih Leicester City pun rentan mengalami jatuh kembali ke realita kompetisi yang keras. Penggemar sepak bola terus berharap bahwa tim favorit mereka mampu menghindari jebakan tersebut untuk mempertahankan kejayaan secara berkelanjutan.

Baca selengkapnya di: www.si.com

Berita Terkait

Back to top button