Mengenal Potensi Kebangkitan ISIS: Ancaman dan Realitas Terbaru Kelompok Teror

ISIS: Apakah Kelompok Negara Islam Bangkit Lagi?

Kelompok Negara Islam (ISIS) masih menunjukkan aktivitas global meskipun kekuatan militernya mengalami penurunan drastis sejak runtuhnya "kekhalifahan" mereka di Suriah dan Irak. Baru-baru ini, Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap milisi terkait ISIS di Nigeria barat laut, yang menewaskan sejumlah pejuang kelompok tersebut. Serangan tersebut dilakukan menggunakan rudal dari kapal perang, hasil kerja sama intelijen antara pemerintah AS dan Nigeria.

Serangan ini menandai keberadaan ISIS dan afiliasinya di wilayah Afrika Sub-Sahara, yang kini menjadi pusat aktivitas kelompok tersebut. Menurut laporan Indeks Terorisme Global 2025, ISIS dan afiliasinya masih menjadi organisasi teroris paling mematikan pada tahun lalu dengan 1.805 kematian di 22 negara. Afrika menjadi lokasi utama serangan dan pertumbuhan kelompok ini, terutama di Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Mozambik, dan wilayah Sahel.

Aktivitas ISIS di Afrika dan Asia

ISIS mengalami pergeseran fokus dari wilayah Timur Tengah ke Afrika dan Asia. Cabang ISIS di Provinsi Khorasan (ISKP) aktif di Afghanistan dan Pakistan utara dengan jumlah anggota sekitar 2.000 orang. ISKP pernah melancarkan serangan mematikan di Iran dan Rusia serta dicurigai merencanakan serangan di Eropa yang sebagian besar berhasil digagalkan. Sementara itu, cabang ISIS di Asia Timur yang meliputi Asia Tenggara tetap ada, meski tidak mengklaim serangan sepanjang tahun ini.

Di Afrika, para ahli mengamati perkembangan signifikan ISIS yang memanfaatkan kelemahan keamanan dan stabilitas politik di beberapa negara. Organisasi ini mengeksploitasi situasi di Sahel dan Afrika Barat dengan jumlah anggota diperkirakan mencapai antara 8.000 sampai 12.000 orang. ISIS di Afrika kerap menargetkan komunitas Kristen dan pasukan militer, sekaligus menerapkan sistem pajak khusus kepada non-Muslim di beberapa wilayah.

Propaganda dan Model Serangan ISIS

ISIS kini semakin mengandalkan propaganda daring dan serangan kecil berskala gerilya dibandingkan operasi besar. Menurut Mina al-Lami dari BBC Monitoring, kelompok ini mengalami kesulitan membuat video propaganda berkualitas tinggi seperti dulu. Namun, mereka tetap aktif memanfaatkan media sosial, terutama Facebook dan Instagram, untuk menyebarkan instruksi kekerasan dan merekrut kaum muda.

Keunikan ISIS terletak pada "pasukan pendukung daring" yang terdiri dari generasi muda mahir media sosial. Mereka mendukung penyebaran ajaran dan instruksi kekerasan kelompok tersebut secara tersembunyi. ISIS pun secara terbuka menyatakan bahwa fase jihad saat ini lebih fokus pada ranah digital, yang dianggap lebih efektif dan tidak memerlukan sumber daya besar.

Kondisi dan Tantangan Keamanan

Meski ISIS masih ada, para pakar menilai kelompok ini telah jauh berkurang kekuatannya dibanding puncak kejayaan mereka beberapa tahun lalu. Rusaknya dukungan masyarakat di wilayah yang mereka kuasai dan hilangnya pemimpin karismatik seperti Abu Bakr al-Baghdadi menjadi indikator melemahnya kelompok tersebut. Dr. Renad Mansour dari Chatham House menegaskan bahwa saat ini akar sosial dan politik yang dulu mendukung ISIS sudah mulai hilang.

Namun, risiko adanya kebangkitan lokal tetap ada di daerah-daerah yang mengalami kekosongan kekuasaan dan konflik antar kelompok bersenjata. Menurut Adrian Shtuni dari ICCT, cara penanganan internasional terhadap ISIS harus berkelanjutan dan proaktif, bukan reaktif setelah serangan besar terjadi. Pengabaian dan kurangnya perhatian global justru memperbesar peluang ISIS untuk tumbuh kembali.

ISIS belum pulih sepenuhnya sebagai kekuatan militer seperti sebelumnya, namun ancaman yang tersebar di berbagai wilayah dengan model operasi terdesentralisasi menuntut kewaspadaan berkelanjutan. Analisis terkini menunjukkan bahwa kelompok ini telah bertransformasi menjadi jaringan yang lebih lincah dan sulit diprediksi, memanfaatkan media sosial dan kondisi geopolitik yang tidak stabil guna melanjutkan aksi mereka di panggung dunia.

Baca selengkapnya di: www.bbc.com
Exit mobile version