Ketika pergantian Tahun Baru Masehi tiba, umat manusia di seluruh dunia merayakan momen tersebut pada hari dan tanggal yang sama. Kamis, 1 Januari 2026, dipastikan sebagai hari dan tanggal resmi Tahun Baru tanpa perbedaan di antara negara atau wilayah. Pernyataan ini disampaikan oleh Muhammadiyah sebagai bagian dari penegasan bahwa perbedaan hari dan tanggal tidak lagi relevan dalam sistem penanggalan global modern.
Fenomena global ini menunjukkan betapa dunia telah sepakat secara diam-diam bahwa satu hari hanya dapat memiliki satu tanggal yang seragam di seluruh penjuru bumi. Meski ada perbedaan waktu lokal atau zona waktu, hari dan tanggal tetap konsisten. Contohnya, pertandingan sepak bola bertaraf internasional tetap tercatat pada tanggal dan hari yang sama walau penontonnya di berbagai zona waktu menyaksikan pertandingan tersebut pada waktu yang berbeda.
Kesepakatan Global dalam Penentuan Hari dan Tanggal
Kesepakatan dunia soal hari dan tanggal tidak bergantung pada sidang atau keputusan lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Semua aktivitas global—mulai dari penerbangan internasional, olahraga, hingga perdagangan—dijalankan berdasar sistem kalender internasional yang konsisten. Hal ini menghindarkan dunia dari potensi kekacauan jadwal akibat perbedaan penyelarasan hari.
Perbedaan jam dianggap wajar karena faktor geografis dan rotasi bumi, sementara perbedaan hari dan tanggal akan menimbulkan kekeliruan sistemik. Semua pihak menerima Kamis, 1 Januari 2026, sebagai awal kalender baru tanpa adanya polemik waktu yang sering terjadi pada penentuan kalender berbasis hisab atau rukyat yang sifatnya lokal.
Perbedaan dalam Kalender Islam dan Tantangannya
Namun, perbedaan tersebut sangat kontras dengan praktik penentuan awal bulan dalam kalender Islam yang masih bergantung pada pengamatan hilal. Setiap wilayah bisa memiliki hari yang berbeda untuk tanggal penting seperti 1 Ramadan atau Idulfitri. Hal ini terjadi karena hilal hanya dapat dilihat dari lokasi tertentu pada waktu tertentu sehingga hasil rukyat bisa berbeda antarwilayah.
Akibatnya, umat Islam di berbagai negara sering mengalami perbedaan tanggal dalam pelaksanaan ibadah dan hari raya. Perbedaan ini sebenarnya bukan berdasarkan aspek teologis melainkan lebih kepada keterbatasan teknis dan konseptual dari sistem kalender yang digunakan.
Muhammadiyah dan Kalender Hijriah Global Tunggal
Untuk mengatasi masalah ini, Muhammadiyah mengadopsi konsep Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Kalender ini dirancang dengan prinsip keseragaman hari dan tanggal di seluruh dunia tanpa bergantung pada pengamatan hilal lokal. Seluruh bumi dipandang sebagai satu kesatuan astronomis yang menentukan awal bulan secara global.
Pendekatan KHGT menggunakan metode hisab yang telah terbukti secara ilmiah dan sesuai dengan kaidah Islam. Hisab memberikan kepastian dan perencanaan yang matang jauh sebelum bulan baru dimulai. Metode ini juga berlandaskan parameter transfer imkan rukyat yang memungkinkan hasil rukyat atau potensi hilal di satu tempat diberlakukan secara global.
Melalui KHGT, ibadah seperti puasa Ramadhan dan pelaksanaan Idulfitri bisa dilakukan secara serentak oleh umat Islam di seluruh dunia. Prinsip ini menghilangkan ketidakpastian yang disebabkan oleh pengamatan visual yang terhambat oleh cuaca atau faktor lainnya. Dengan demikian, KHGT menyematkan umat Islam dalam logika waktu global yang telah diterapkan oleh peradaban modern.
Relevansi Kalender Hijriah dengan Dunia Modern
Penerapan kalender tunggal ini bukanlah perubahan radikal, melainkan penyesuaian yang selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan peradaban global. Sama halnya dunia menyepakati 1 Januari sebagai awal tahun baru tanpa perbedaan hari, umat Islam diharapkan dapat menyatukan tanggal penting ibadah mereka secara global.
Ke depan, konsep ini berpotensi meningkatkan keseragaman dalam pelaksanaan ritual agama sekaligus memudahkan koordinasi sosial dan administrasi yang terkait dengan kalender hijriah. Dengan mengadopsi Kalender Hijriah Global Tunggal, Muhammadiyah menegaskan pentingnya harmonisasi waktu dalam menyongsong peradaban yang telah saling terhubung.
Implementasi kalender ini juga diharapkan mempermudah umat Islam dalam menentukan jadwal ibadah dan kegiatan keagamaan tanpa harus bergantung pada hasil rukyat yang bersifat lokal dan kadang tidak pasti. Prinsip satu hari satu tanggal menjadi landasan kuat agar umat Islam dapat hidup selaras dengan dinamika waktu dunia modern yang telah mapan.
Baca selengkapnya di: muhammadiyah.or.id