Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), Inger Andersen, memberikan peringatan keras saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB COP30 berlangsung. Ia menilai aksi yang dilakukan para pemimpin dunia masih belum cukup untuk mengatasi perubahan iklim yang semakin mengancam.
Andersen menegaskan bahwa penghentian total penggunaan bahan bakar fosil merupakan fokus utama yang harus segera dicapai. Menurutnya, komitmen iklim yang telah dibuat masih jauh dari kata memadai dibandingkan skala masalah yang dihadapi.
Kritik Tegas terhadap Kemajuan yang Minim
Meskipun ada beberapa negara yang mulai meningkatkan ambisi iklim sejak Perjanjian Paris sepuluh tahun lalu, Andersen mengingatkan agar dunia tidak terlalu cepat merasa puas. “Kenaikan ambisi memang terlihat, tapi skalanya belum sebanding dengan ancaman yang kita hadapi,” ujarnya.
Ia menggambarkan situasi saat ini seperti tamparan keras yang menegaskan bahwa perjalanan menuju penyelesaian masalah iklim masih sangat panjang. “Waktu kita sudah di ujung tanduk, dan apa yang kalian lakukan sekarang itu sama sekali belum cukup,” tambahnya.
Bahan Bakar Fosil sebagai Biang Kerok Utama
Andersen menolak adanya diskusi yang berputar-putar tanpa mengambil langkah nyata untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil. Ia menyatakan, “Kita semua termasuk sistem ekonomi global yang masih ketergantungan pada bahan bakar fosil. Karena itu, transisi menuju energi bersih harus dipercepat.”
Bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas dinilai sebagai penyebab utama krisis iklim saat ini. Tanpa mengurangi penggunaannya secara drastis, semua janji dan komitmen iklim berpotensi menjadi sekadar wacana kosong.
Sindiran Halus untuk Amerika Serikat
Salah satu sorotan penting adalah absennya Amerika Serikat dari KTT kali ini. Andersen memberikan sindiran halus tanpa menyebut nama secara langsung. Ia menegaskan bahwa penyelamatan planet ini tidak boleh tergantung pada satu negara saja.
Ia berharap semua negara anggota PBB, termasuk 193 negara, tetap aktif dan berkomitmen meski ada tekanan politik domestik. “Mau ada yang ikut atau tidak, pertunjukan untuk menyelamatkan bumi harus tetap berjalan,” ujarnya penuh semangat.
Waktu yang Semakin Singkat
Peringatan Andersen bukan sekadar pidato biasa, melainkan sebuah alarm darurat bagi dunia. Ia mengingatkan bahwa waktu untuk bertindak sangat terbatas dan musuh terbesar, yaitu ketergantungan pada bahan bakar fosil, sudah jelas.
Para pemimpin dunia kini menghadapi tantangan besar: apakah mereka memiliki keberanian dan komitmen untuk mewujudkan transisi energi bersih sesegera mungkin. Tanpa tindakan nyata, dampak perubahan iklim diprediksi akan semakin parah.
Langkah-Langkah Prioritas Menurut UNEP
- Mempercepat pengurangan penggunaan minyak, batu bara, dan gas secara menyeluruh.
- Meningkatkan investasi dan pengembangan energi terbarukan.
- Menegakkan komitmen negara-negara dengan target iklim yang ambisius.
- Melibatkan seluruh negara anggota dalam pelaksanaan rencana aksi iklim tanpa terkecuali.
- Mengawasi dan memastikan transparansi dalam pelaporan kemajuan iklim.
Peringatan keras dari bos besar lingkungan dunia ini menjadi panggilan tegas bahwa janji tanpa tindak lanjut akan membahayakan masa depan bumi. Upaya bersama global harus berjalan tanpa kompromi demi menyelamatkan ekosistem dan generasi mendatang.
Baca selengkapnya di: www.suara.com





