Aksi Global Dukung Palestina: Indonesia Perkuat Advokasi Pemuda Lewat Saladin Mission

Aksi internasional memperingati Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina pada 29 November menegaskan dukungan dunia terhadap perjuangan Palestina. Ribuan orang di berbagai negara bergerak dalam aksi massa menolak rencana perdamaian kontroversial dan menuntut tindakan lebih tegas terhadap Israel.

Di Indonesia, momentum ini dimanfaatkan untuk memperkuat kapasitas advokasi pemuda melalui program Saladin Mission Leadership Program angkatan kedua. Program yang digagas oleh Adara Relief International tersebut diluncurkan dalam forum bertajuk "Roots of Resilience: A Comprehensive Perspective of Palestinian Steadiness" di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.

Saladin Mission: Mengembangkan Kepemimpinan Pemuda

Saladin Mission terinspirasi dari sosok Shalahuddin Al-Ayyubi, figur pemimpin strategis dan berwawasan luas. Fathimah, Project Leader Saladin Mission, mengatakan bahwa pemuda Indonesia yang merupakan sepertiga populasi negara harus diarahkan ke kontribusi nyata. Program ini membuka ruang bagi pemuda untuk berperan lintas disiplin, mulai media kreatif hingga riset.

Tujuannya, advokasi Palestina tidak hanya berbasis emosi tetapi juga didukung oleh pengetahuan dan kapasitas yang mendalam. Langkah ini diharapkan mencetak generasi muda yang siap membantu perjuangan Palestina secara berkelanjutan dengan pendekatan yang sistematis dan profesional.

Pengalaman dan Jejak Program

Program Saladin Mission bukan yang pertama kali dijalankan. Pada 2021, Indonesia termasuk dalam tujuh negara yang mempresentasikan proyek kepemudaan terkait isu Palestina dalam konferensi internasional. Tahun ini, pelatihan intensif kembali dibuka untuk siapa saja yang ingin meningkatkan kapasitas advokasi mereka.

Menurut Fathimah, pendekatan multidisiplin sangat penting agar advokasi tidak berakhir di level wacana emosional. Peserta diajak untuk menguasai ilmu dan teknik komunikasi, riset, serta kerja sama lintas bidang agar strategi advokasi lebih efektif dan berdampak luas.

Pandangan Pakar dan Aktivis

Pada forum pembukaan, Sharif Amin Abu Shammala, mantan Direktur Jenderal Pusat Sejarah dan Dokumentasi Palestina, menegaskan perlunya mendesak mekanisme hukum internasional untuk menghentikan agresi Israel. Ia menyebut solusi paling efektif adalah penghentian penjajahan dan pemulihan hak rakyat Palestina.

Pengamat Timur Tengah, Yon Machmudi, menjelaskan bahwa penjajahan berdampak hilangnya identitas, budaya, dan ekologi Palestina. Sementara Shofwan Al Banna Choiruzzad mengingatkan bahwa upaya demiliterisasi Gaza memberikan Israel kendali penuh terhadap keamanan dan distribusi bantuan kemanusiaan.

Dari kacamata hukum internasional, Hikmahanto Juwana menekankan perlunya perlindungan hak tanah warga Palestina. Ia mengingatkan, "Jika rakyat Palestina tidak dapat kembali, maka tujuan Israel tercapai." Pernyataan ini menegaskan pentingnya menjaga hak-hak dasar Palestina dalam proses advokasi internasional.

Peran Pemuda dalam Advokasi Berkelanjutan

Aktivis dari berbagai bidang, termasuk jurnalis dan pegiat gerakan boikot, menyoroti bahwa perjuangan Palestina adalah proses panjang yang memerlukan konsistensi peran pemuda. Chikita Fawzi menyatakan, “Perjuangan Palestina adalah maraton panjang yang menuntut konsistensi.”

Tema We Are The Seeds yang diusung program ini bukan tanpa makna. Program ini diharapkan menjadi benih awal lahirnya generasi yang mampu melanjutkan perjuangan bagi hak-hak Palestina dengan landasan pengetahuan, kolaborasi, dan keberlanjutan.

Langkah Strategis Indonesia dalam Advokasi Palestina

  1. Menggelar forum diskusi untuk memperluas pemahaman seluruh lapisan masyarakat.
  2. Menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan dan advokasi untuk pemuda.
  3. Memperkuat jaringan kolaborasi internasional dan lintas disiplin.
  4. Mengedepankan pendekatan berbasis riset dan hukum internasional.
  5. Mendorong pemuda menjadi agen advokasi dengan kapasitas tinggi.

Langkah-langkah ini diharapkan memperkokoh posisi Indonesia sebagai pendukung kuat hak-hak Palestina di kancah global. Pelatihan intensif dan forum diskusi menjadi sarana penting agar advokasi dapat berjalan berkelanjutan dan berdampak masif, terutama dari kalangan pemuda yang menjadi tulang punggung masa depan.

Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com
Exit mobile version