5 Poin Mengejutkan Rapor Akhir KTT Iklim COP30: Kesepakatan dan Dampaknya bagi Dunia

Shopee Flash Sale

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP30 yang berlangsung selama dua minggu di Belem, Brasil, berakhir dengan sejumlah keputusan penting yang mengejutkan banyak pihak. Meskipun banyak masyarakat menantikan langkah tegas untuk menyelamatkan bumi, hasil rapor akhir KTT ini menunjukkan kemajuan yang signifikan sekaligus sejumlah kegagalan besar. Berikut adalah lima poin mengejutkan dari kesepakatan COP30 menurut laporan resmi dan pengamatan para ahli.

1. Gagal Menghapus Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil
Poin paling mencolok dari COP30 adalah kegagalan memasukkan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara tegas. Frasa penting tentang transisi menjauh dari bahan bakar fosil yang sempat muncul di COP28, justru dihilangkan dari dokumen akhir. Meski lebih dari 80 negara mendesak roadmap pemensiunan energi kotor tersebut, alasan sensitifitas politik membuat kesepakatan ini gagal total.

2. Peningkatan Dana Bantuan Adaptasi untuk Negara Berkembang
Negara-negara berkembang berhasil menekan negara maju agar meningkatkan dana khusus untuk adaptasi iklim. Dana bantuan ini diupayakan mencapai sekitar US$120 miliar per tahun pada 2035. Hal ini penting karena selama ini dana lebih banyak fokus pada mitigasi, sehingga negara miskin kesulitan membiayai aksi adaptasi seperti pembangunan tanggul laut dan sistem peringatan dini bencana.

3. Isu Perdagangan Resmi Masuk Agenda Iklim
COP30 menandai kali pertama isu perdagangan resmi dimasukkan ke dalam agenda pembahasan iklim. Negara berkembang selama ini khawatir kebijakan pajak karbon dan aturan lain dari negara maju akan merugikan ekspor mereka. Dengan adanya dialog khusus ini, diharapkan kebijakan perdagangan di masa depan lebih adil dan tidak menjadi hambatan teknologi hijau.

4. Peluncuran Dana Investasi Besar untuk Hutan Tropis
Brasil memperkenalkan Tropical Forests Forever Facility (TFFF), sebuah program investasi global yang akan memberikan insentif finansial kepada negara-negara yang berhasil mempertahankan hutan tropisnya. Skema ini sudah mengantongi komitmen awal US$5,5 miliar dari beberapa negara, termasuk Indonesia, serta menargetkan pengumpulan hingga US$125 miliar dari sektor publik dan swasta.

5. Komitmen Tujuh Negara untuk Pengurangan Emisi Metana
Metana yang memiliki efek rumah kaca jauh lebih besar dari CO2 mendapat perhatian khusus dari tujuh negara maju, termasuk Inggris, Prancis, dan Jepang. Mereka sepakat menargetkan pengurangan emisi metana sampai "hampir nol". Langkah ini penting sebagai usaha memperlambat pemanasan global karena metana memegang peranan besar dalam perubahan iklim.

Laporan akhir COP30 menunjukkan hasil yang beragam dengan kemajuan signifikan pada penguatan pendanaan adaptasi dan pengakuan isu perdagangan iklim. Namun, kemunduran pada isu bahan bakar fosil dan penghapusan frasa transisi energi menunjukkan perjuangan politik yang kompleks. Ke depan, fokus utama adalah memastikan janji-janji dalam dokumen dapat diimplementasikan secara nyata oleh para negara peserta, agar tidak menjadi dokumen tanpa tindakan nyata.

Dengan adanya celengan raksasa untuk hutan tropis dan komitmen pengurangan metana, setidaknya ada peluang nyata untuk perlindungan lingkungan yang lebih terpadu. Namun, dunia tetap menunggu langkah konkret untuk meninggalkan energi fosil yang selama ini menjadi sumber utama krisis iklim. COP30 menjadi cermin bahwa negosiasi iklim global masih penuh tantangan, tetapi juga menawarkan jalan baru menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Baca selengkapnya di: www.suara.com

Berita Terkait

Back to top button