CIFP 2025 Bahas Kesiapan Indonesia Hadapi Tantangan dan Peluang Next World Order

Shopee Flash Sale

Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menyelenggarakan Conference on Indonesian Foreign Policy 2025 (CIFP 2025) pada 29 November 2025 di Jakarta. Acara ini mengangkat tema “Preparing for the Next World Order: Indonesia, the Global South, and the West” untuk membahas tantangan dan peluang dalam tatanan dunia baru yang sedang terbentuk.

Konferensi CIFP 2025 dihadiri oleh lebih dari 6.200 peserta, lebih dari 100 mitra, dan puluhan jurnalis. Hadir sebagai pembuka, pendiri dan ketua FPCI, Dino Patti Djalal, menegaskan bahwa dunia saat ini memasuki era transisi global dari supremasi Barat menuju tatanan dunia baru. Menurutnya, tatanan dunia selanjutnya dilandasi oleh tiga alasan utama.

Pertama, supremasi Barat secara global dianggap telah berakhir. Bukan karena negara-negara Barat melemah, melainkan karena negara-negara lain mulai bangkit. Kedua, era unipolar Amerika Serikat telah selesai setelah perang dingin berakhir pada 1991. Ketiga, dunia kini memasuki fase di mana kekuatan menengah atau middle power semakin menonjol dan menentukan arah geopolitik global.

Dino Patti Djalal menyatakan bahwa Indonesia berada di posisi strategis pada fase ini. Indonesia tidak hanya menjadi penonton, tetapi harus aktif dan berperan sebagai kekuatan menengah di panggung internasional. Sejarah diplomasi Indonesia, mulai dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung hingga peran dalam Gerakan Non-Blok dan ASEAN, menunjukkan tradisi aktif dalam membentuk dunia yang lebih adil dan stabil.

Menurut Dino, tradisi diplomasi Indonesia tidak boleh luntur. Para diplomat Indonesia diharapkan mempertahankan kemampuan intelektual dan keberanian untuk mengambil sikap yang berani demi kepentingan global. FPCI menggarisbawahi pentingnya diplomasi yang berbasis gagasan dan cita-cita luhur demi kawasan dan dunia yang lebih baik.

CIFP 2025 berfungsi sebagai platform utama diskusi isu-isu global yang penting bagi Indonesia. Museum Rekor Indonesia mencatat konferensi ini sebagai konferensi hubungan internasional tahunan terbesar di dunia. Acara ini menjadi tolok ukur narasi kebijakan luar negeri serta wadah ujian gagasan strategis bagi Indonesia.

Dalam konferensi ini, berbagai tokoh kebijakan luar negeri Indonesia dan pakar dunia berkumpul untuk menguji arah kebijakan luar negeri yang sesuai dengan dinamika geostrategis terkini. Selain itu, CIFP juga membuka ruang dialog untuk memahami posisi Indonesia di tengah ketegangan geopolitik antara negara-negara besar dan meningkatnya peran kekuatan menengah.

Berikut adalah tiga alasan utama tatanan dunia baru menurut FPCI:

1. Supremasi Barat berakhir karena kebangkitan negara lain.
2. Amerika Serikat sudah tidak lagi memegang dominasi unipolar secara mutlak.
3. Negara-negara middle power, seperti Indonesia, akan memainkan peran penting dalam geopolitik global.

Pentingnya posisi Indonesia dalam tatanan dunia baru juga disorot oleh keaktifan Indonesia dalam berbagai forum multilateral dan upaya diplomasi perdamaian. Indonesia diharapkan mampu memperkuat perannya untuk tidak hanya memenangkan kepentingan nasional, tetapi juga memperbaiki situasi global dan kawasan.

Pengembangan diplomasi Indonesia ke depan hendaknya mengedepankan pemikiran strategis dan inovatif. Diplomasi yang tangguh dan berani menjadi kunci agar Indonesia dapat memanfaatkan momentum “Next World Order” demi keuntungan bersama dan stabilitas dunia. CIFP 2025 membuka ruang luas bagi pengembangan gagasan tersebut di tengah dinamika global yang penuh ketidakpastian dan persaingan.

Dengan demikian, CIFP 2025 menjadi platform penting yang mendukung kesiapan Indonesia menghadapi perubahan global yang signifikan. Indonesia dituntut untuk tetap proaktif dan inovatif serta memimalisir risiko yang muncul di tengah tatanan dunia yang terus berubah cepat. Konferensi ini mencerminkan semangat kolaborasi dan politik luar negeri Indonesia yang adaptif dan visioner menuju masa depan.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button