Konflik antara China dan Jepang di wilayah Asia Timur kini semakin memanas. Hal ini ditandai dengan pengerahan lebih dari 100 kapal perang dan kapal penjaga pantai China yang tengah berjaga di perairan strategis kawasan tersebut.
Sejak pertengahan November 2025, armada maritim China secara masif mengerahkan kapal-kapalnya di perairan mulai dari Laut Kuning, Laut China Timur, hingga Laut China Selatan yang merupakan area sengketa. Langkah ini merupakan unjuk kekuatan terbesar China hingga saat ini menurut laporan empat sumber intelijen yang dikumpulkan Reuters.
Pengerahan armada besar-besaran ini diduga berangkat dari ketegangan diplomatik yang muncul pasca pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi terkait Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai wilayahnya. Selain itu, negara Taiwan menambah anggaran pertahanan hingga US$40 miliar sebagai langkah menghadapi kemungkinan konfrontasi dengan China.
Menurut pejabat keamanan regional, aktivitas kapal perang China kini melampaui operasi militer besar yang dilakukan pada Desember tahun sebelumnya. Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, Tsai Ming-yen, menyampaikan bahwa saat ini China memasuki periode paling aktif melakukan latihan militer di kawasan tersebut.
Hingga Rabu pagi, empat formasi angkatan laut China dikabarkan sedang beroperasi di Pasifik barat. Taiwan pun terus melakukan pemantauan ketat atas gerakan armada ini untuk mengantisipasi potensi eskalasi. Namun, pemerintah Taiwan memastikan situasi keamanan nasional tetap terkendali dan stabil.
Respons dari Jepang tidak langsung mengomentari secara spesifik peningkatan aktivitas militer China. Pasukan Bela Diri Jepang hanya menyatakan bahwa mereka belum melihat adanya lonjakan tajam, meskipun menilai Beijing tengah memperkuat kekuatan angkatan lautnya demi ekspansi operasi laut dan udara yang lebih luas.
Dalam latihan-latihan yang dilakukan, kapal-kapal China bersama pesawat tempur kerap menggelar simulasi serangan terhadap kapal asing. Mereka juga berlatih operasi penolakan akses yang ditujukan untuk menghambat bala bantuan militer dari negara ketiga apabila terjadi konflik. Meski demikian, hingga kini negara-negara di Asia Timur masih menilai penguatan armada China sebagai bagian dari latihan rutin.
Berikut rincian pengerahan kapal China di perairan Asia Timur:
1. Lebih dari 100 kapal perang dan kapal penjaga pantai terlibat.
2. Area pengerahan meliputi Laut Kuning, Laut China Timur, Laut China Selatan, dan perairan Pasifik barat.
3. Empat formasi angkatan laut menjalankan operasi serentak.
4. Aktivitas militer ini meningkat sejak 14 November 2025.
5. Simulasi serangan dan operasi penolakan akses dilakukan secara intensif.
Peningkatan aktivitas militer ini juga menjadi ujian diplomasi regional yang sensitif. Negara-negara di Asia Timur terus memantau situasi dengan cermat sembari mendorong upaya pencegahan eskalasi yang tidak diinginkan. Meski ada peningkatan operasi militer China, sejumlah sumber intelijen menilai situasi belum memasuki level krisis besar.
Kementerian Pertahanan China dan lembaga terkait belum memberikan komentar resmi mengenai pengerahan besar-besaran ini. Namun, tindakan tersebut jelas menunjukkan Beijing berupaya memperkuat posisi militernya di tengah dinamika politik Taiwan-Jepang yang kian memanas. Pada saat bersamaan, Taipei tetap menegaskan komitmennya menjaga kestabilan keamanan lewat kerja sama internasional.
Dengan semakin meningkatnya aktivitas militer di perairan Asia Timur, potensi ketegangan antara China, Jepang, dan Taiwan kian besar. Semua pihak terus memperkuat kewaspadaan dan kesiagaan demi mencegah konflik terbuka yang dapat mengguncang stabilitas regional. Monitoring serta respons diplomasi yang cermat dipandang krusial dalam menjaga perdamaian kawasan ini.





