Konflik Thailand-Kamboja Memanas, Gencatan Senjata Runtuh dan Ketegangan Meningkat

Shopee Flash Sale

Konflik antara Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah gencatan senjata yang sebelumnya disepakati runtuh. Thailand melancarkan serangan udara di wilayah perbatasan yang masih dipersengketakan, menyebabkan ketegangan meningkat secara signifikan.

Menurut laporan Channel News Asia pada 9 Desember 2025, militer Thailand menyebutkan bahwa satu tentara mereka tewas dan empat lainnya terluka akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Kamboja di provinsi Ubon Ratchathani. Sebagai respons, Thailand mulai menggunakan pesawat tempur untuk menyerang sasaran militer di beberapa lokasi.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja mengklaim bahwa militer Thailand melakukan serangan fajar di dua titik perbatasan. Namun, pihak Kamboja mengaku tidak membalas serangan tersebut. Konflik ini menjadi semakin rumit karena adanya saling tuduh mengenai pelanggaran perjanjian gencatan senjata.

Militer Thailand juga menuduh pasukan Kamboja menembakkan roket BM-21 ke wilayah sipil Thailand. Meski demikian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dari serangan roket tersebut. Ketegangan ini menambah kesulitan bagi proses perdamaian yang selama ini diupayakan kedua negara.

Latar Belakang Konflik dan Gencatan Senjata

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja sebenarnya telah berlangsung lama dan sempat memicu bentrokan sengit selama lima hari pada Juli lalu. Saat itu, sedikitnya 48 orang tewas dan sekitar 300.000 warga terpaksa mengungsi akibat tembakan roket dan artileri berat dari kedua belah pihak.

Gencatan senjata berhasil dicapai berkat mediasi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Sebuah perjanjian damai yang lebih luas pun kemudian ditandatangani oleh kedua negara pada Oktober lalu, disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, di Kuala Lumpur. Perjanjian ini bertujuan untuk meredakan ketegangan dan menghindari bentrokan lebih lanjut.

Namun, insiden ledakan ranjau pada bulan lalu yang melukai serius seorang tentara Thailand menjadi titik balik. Thailand memutuskan untuk tidak melanjutkan pelaksanaan pakta gencatan senjata dengan Kamboja, yang kemudian memicu kembali eskalasi perang di perbatasan.

Data dan Fakta Penting Mengenai Konflik

  1. Jumlah korban tewas dalam bentrokan Juli: 48 orang.
  2. Warga yang mengungsi akibat konflik: sekitar 300.000 jiwa.
  3. Lokasi serangan udara terbaru: Provinsi Ubon Ratchathani, Thailand.
  4. Warga Thailand mengalami korban tentara tewas dan luka-luka dari serangan (1 tewas, 4 luka).
  5. Senjata yang digunakan oleh Kamboja: Roket BM-21 yang ditembakkan ke wilayah sipil Thailand.

Ketegangan saat ini menunjukkan bahwa proses perdamaian yang dibangun di bawah pengawasan internasional menghadapi tantangan serius. Kedua negara masih saling menuduh melakukan pelanggaran, sehingga situasi keamanan di perbatasan tetap rawan.

Meski telah ada upaya mediasi dan perjanjian damai, kenyataannya implementasi gencatan senjata sulit dipertahankan. Peningkatan eskalasi militer dari kedua pihak meningkatkan risiko bentrokan lebih besar di masa depan.

Situasi ini mengingatkan kembali kepada komunitas internasional tentang pentingnya peran diplomasi aktif dan pengawasan ketat agar ketegangan tidak berubah menjadi konflik terbuka yang berdampak luas. Perdamaian yang berkelanjutan hanya mungkin dicapai jika kedua negara dapat menepati komitmen untuk menghormati kesepakatan yang telah dibuat.

Dengan sejumlah fakta dan bukti pelanggaran yang saling dituduhkan, pembaca perlu memahami bahwa konflik Thailand-Kamboja bukan hanya masalah bilateral, namun juga pengujian bagi sistem keamanan dan stabilitas regional Asia Tenggara. Monitoring internasional dan tekanan diplomatik diyakini akan tetap diperlukan guna mencegah agar krisis ini tidak meningkat menjadi perang yang lebih luas.

Baca selengkapnya di: www.medcom.id

Berita Terkait

Back to top button