AS Diprediksi Kalah Jika Berperang Hadang Invasi Tiongkok ke Taiwan, Simak Analisisnya

Shopee Flash Sale

Laporan rahasia dari Pentagon mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) diprediksi akan kalah dalam konflik militer jika mencoba menghalangi invasi Tiongkok ke Taiwan. Simulasi perang menunjukkan AS akan kewalahan menghadapi serangan sekitar 600 senjata hipersonik, rudal jarak jauh, dan armada kapal selam bertenaga nuklir milik Tiongkok.

Hasil simulasi terbaru ini menegaskan kekhawatiran bahwa strategi dan peralatan militer AS masih mengandalkan model lama yang tidak efektif menghadapi teknologi perang modern. Para analis menilai kepemimpinan militer AS terjebak dalam pola pikir perang masa lalu dan gagal beradaptasi dengan senjata canggih yang lebih murah dan cepat diproduksi.

Kelemahan Kapal Induk

Laporan tersebut mengungkap kapal induk USS Gerald R Ford senilai US$13 miliar berulang kali hancur dalam skenario simulasi di kawasan Taiwan. Meski demikian, Pentagon tetap berencana membangun sembilan kapal induk sejenis yang dianggap sangat rentan terhadap serangan hipersonik. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas anggaran pertahanan yang masih terfokus pada platform tradisional bernilai tinggi.

Beberapa pihak mengusulkan agar anggaran tersebut dialihkan untuk memperkuat kemampuan pertahanan siber dan pengembangan drone. Mereka menilai pengalaman perang di Ukraina memperlihatkan sistem persenjataan lama, seperti tank dan kapal induk, semakin rentan dan kurang relevan menghadapi ancaman modern.

Ancaman Serangan Siber

Presiden Tiongkok, Xi Jinping, telah memerintahkan persiapan militer untuk kemungkinan operasi militer terhadap Taiwan paling cepat pada 2027. Beijing menegaskan Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan tidak menutup opsi penggunaan kekuatan.

Dalam konflik tersebut, Tiongkok diprediksi akan melancarkan serangan siber ke infrastruktur penting AS seperti jaringan listrik dan pasokan air. Dokumen rahasia Pentagon yang berjudul "Overmatch" menjelaskan potensi Tiongkok untuk melumpuhkan kapal, pesawat tempur, dan satelit AS melalui serangan siber dan teknologi modern lainnya.

Simulasi Perang dan Kekhawatiran Militer AS

Menteri Perang AS, Pete Hegseth, memperingatkan bahwa AS secara konsisten kalah dalam simulasi Pentagon terkait konflik di Taiwan. Ia menyebut latihan militer Tiongkok semakin matang dan ancaman potensi perang di wilayah tersebut sudah sangat nyata.

Beijing membantah keras pernyataan Hegseth dan menilai tuduhan tersebut tanpa dasar. Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, pernah mengingatkan bahwa kekuatan persenjataan AS di kawasan Indo-Pasifik kian menipis dan amunisi bisa habis jika terjadi perang besar melawan Tiongkok.

Pertimbangan Strategis dan Prioritas AS

Ada perdebatan di kalangan pakar militer dan kebijakan luar negeri mengenai apakah Amerika Serikat perlu mempertahankan dominasi militer global dengan ratusan pangkalan dan puluhan ribu tentara di luar negeri. Beberapa ahli mempertanyakan apakah pertempuran mempertahankan Taiwan benar-benar masuk dalam kepentingan vital nasional AS.

Dokumen Strategi Keamanan Nasional di era Presiden Trump menegaskan bahwa mencegah invasi Tiongkok ke Taiwan adalah prioritas utama mengingat sekitar sepertiga perdagangan global melewati Laut Tiongkok Selatan. Stabilitas kawasan ini penting untuk ekonomi AS dan dunia.

Skenario Terburuk Konflik Taiwan

Simulasi yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) memperlihatkan skenario terburuk yang mengancam keamanan AS dan sekutunya. Dalam kasus upaya memecah blokade laut yang dilakukan Tiongkok, AS diperkirakan kehilangan ribuan personel, ratusan pesawat, puluhan kapal permukaan, kapal selam, dan bahkan satu kapal induk.

Blokade laut tanpa invasi darat pun sudah cukup kuat menekan Taiwan hingga berpotensi menyerah serta memicu evakuasi besar-besaran. Pilihan strategis yang sulit menanti, apakah AS akan mengerahkan konvoi militer untuk menembus blokade atau membiarkan Taiwan menghadapi tekanan sendiri.

Dalam perhitungan CSIS, korban AS dapat mencapai 21.000 personel, 45 kapal permukaan, satu kapal induk, dua kapal selam, dan lebih dari 1.000 pesawat. Tiongkok diprediksi juga mengalami kerugian besar, namun tetap berada di posisi yang lebih kuat secara militer dalam konflik tersebut.

Laporan ini menggarisbawahi perlunya AS meninjau kembali strategi militernya dengan memperkuat kemampuan teknologi baru seperti drone dan sistem pertahanan siber. Kondisi global yang berubah cepat menuntut penyesuaian taktis agar dapat menghadapi ancaman militer masa depan secara efektif.

Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com

Berita Terkait

Back to top button