Pyongyang secara terbuka mengakui pengiriman pasukan militernya ke Rusia untuk membersihkan ranjau di wilayah Kursk. Misi tersebut berlangsung selama 120 hari mulai Agustus dan menyebabkan sembilan tentara Korut gugur dalam operasi berbahaya ini.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut tugas pembersihan ranjau ini sebagai keberhasilan besar. Ia memuji pasukannya yang berhasil mengamankan zona bahaya menjadi wilayah aman dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Pengakuan resmi Kim dalam pidato yang disiarkan KCNA menegaskan laporan intelijen Barat dan Korea Selatan. Ini menjadi bukti keterlibatan Korut dalam mendukung invasi Rusia ke Ukraina yang telah mendapat perhatian dunia.
Kim juga menyampaikan duka mendalam atas gugurnya sembilan anggota resimen teknik Korut. Ia memberikan penghargaan kenegaraan kepada para korban dan menegaskan rasa sakit menunggu selama masa penugasan yang sulit tersebut.
Dalam upacara penyambutan di Pyongyang, Kim menyatakan bahwa para perwira dan prajurit menunjukkan kepahlawanan luar biasa dengan menghadapi tekanan mental dan fisik setiap hari. Dedikasi ini dianggap sebagai wujud pengorbanan besar untuk misi yang penuh risiko.
Para analis menyatakan penugasan pasukan ini merupakan bagian dari aliansi strategis Pyongyang dan Moskow. Rusia diyakini memberikan imbalan berupa bantuan finansial, teknologi militer, pangan, dan energi kepada Korut.
Bantuan tersebut dianggap sangat penting bagi Korea Utara dalam menghadapi sanksi internasional yang ketat. Dukungan Rusia membantu meredam dampak tekanan global terhadap program nuklir dan rudal Korut.
Pengakuan resmi ini menunjukkan peningkatan kedalaman hubungan bilateral kedua negara. Kerjasama militer dan geopolitik mereka semakin meningkat di tengah ketegangan global dan konflik Ukraina.
Langkah Korut yang jarang dilakukan ini memperkuat posisi Pyongyang sebagai pemain yang aktif dalam dinamika geopolitik internasional. Keberadaan pasukan Korut di Rusia menandai babak baru dalam kemitraan kedua negara.
Informasi ini juga mengonfirmasi laporan badan intelijen regional mengenai dukungan militer yang diberikan Korut ke Rusia selama invasi Ukraina. Data ini menjadi catatan penting untuk memahami hubungan kedua negara secara lebih jelas.
Penugasan pembersihan ranjau di wilayah Kursk membawa risiko tinggi yang akhirnya memakan korban jiwa. Namun, Kim menilai hasil yang dicapai sangat signifikan bagi keamanan wilayah yang dikelola.
Dengan mengumumkan fakta ini secara terbuka, Pyongyang menunjukkan transparansi yang jarang terjadi. Hal ini sekaligus menegaskan sikap Korut dalam mendukung sekutunya di arena internasional.
Ke depan, keterlibatan militer Korut dalam operasi di wilayah asing diperkirakan akan menjadi perhatian komunitas internasional. Pengakuan ini membuka perspektif baru tentang peran militer Korea Utara di luar negeri.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com





