Amerika Serikat (AS) menyita kapal tanker minyak bernama Skipper di lepas pantai Venezuela pada Rabu, 10 Desember. Penahanan kapal ini terkait dengan upaya Venezuela dalam mendukung suplai minyak ke Kuba, yang kemudian memicu protes keras dari Kuba dan Iran.
Kapal Skipper dilaporkan membawa hampir dua juta barel minyak mentah berat dari Venezuela dengan tujuan pelabuhan Matanzas di Kuba. Namun, data pelacakan menunjukkan sebagian besar muatan minyak itu akhirnya menuju ke pasar Asia setelah hanya sebagian kecil minyak diturunkan ke kapal lain yang menuju Kuba.
Hubungan Energi Venezuela-Kuba dan Implikasinya
Sejak puluhan tahun, Venezuela memasok minyak dengan harga sangat disubsidi ke Kuba sebagai bentuk dukungan politik dan ekonomi. Sebagai gantinya, Kuba mengirim tenaga medis, instruktur olahraga, dan aparat keamanan untuk beroperasi di Venezuela. Aliansi ini menguat karena Venezuela membutuhkan dukungan militer dan intelijen Kuba menghadapi peningkatan tekanan AS di kawasan Karibia.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar minyak yang dialokasikan Venezuela untuk Kuba justru dijual kembali ke Tiongkok. Uang hasil penjualan ini diduga digunakan Kuba untuk memenuhi kebutuhan pokok negara yang sedang mengalami tekanan ekonomi berat. Meski demikian, transparansi mengenai penggunaan dana ini masih minim dan sulit dipastikan.
Sanksi dan Protes dari Pihak Kuba dan Iran
Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi kepada seorang pengusaha Panama bernama Ramon Carretero yang menjadi perantara dalam perdagangan minyak Venezuela—Kuba. Pemerintah Kuba mengecam keras penyitaan kapal sebagai tindakan pembajakan dan terorisme maritim yang merugikan rakyat Kuba. Mereka menilai langkah AS bertujuan menghambat hak Venezuela untuk memperdagangkan sumber daya alamnya dengan bebas.
Iran pun ikut mengecam penyitaan kapal tersebut sebagai aksi pembajakan yang didukung negara. Kapal Skipper diketahui pernah beroperasi sebagai bagian dari armada tanker rahasia Iran sebelum digunakan untuk mengangkut minyak Venezuela. Hal ini menambah dimensi geopolitik terhadap insiden tersebut karena ketiganya menjadi target sanksi dan tekanan AS.
Jaringan Kerja Sama Energi Anti-AS
Selain Venezuela, Kuba, dan Iran, Rusia juga terlibat dalam jaringan pemasok dan pengelola minyak yang menghindari sanksi AS. Rusia memasok bahan bakar dan produk minyak ringan ke Venezuela guna mendukung produksi dan ekspornya. Sebaliknya, perusahaan minyak Rusia juga memproduksi minyak di Venezuela untuk pasar ekspor, khususnya ke Tiongkok. Jaringan ini belajar cara memindahkan minyak secara efektif meski di bawah tekanan sanksi Amerika.
Pengalaman Iran dalam mengatasi sanksi menjadi pelajaran berharga bagi Venezuela untuk menjaga pendapatan minyak tetap mengalir. Meski ada kepentingan bersama dalam menghindari sanksi, ketiga negara ini sekaligus bersaing memperebutkan pasar minyak luas seperti Tiongkok.
Data Penting Mengenai Insiden Kapal Skipper
- Kapal meninggalkan pelabuhan Venezuela pada 4 Desember dengan muatan hampir dua juta barel minyak mentah berat.
- Sekitar 50.000 barel minyak dipindahkan ke kapal lain yang menuju Kuba, sisanya ke Asia.
- Skipper sempat beroperasi sebagai bagian dari armada tanker rahasia Iran selama empat tahun.
- AS menyita kapal di perairan internasional antara Grenada dan Trinidad tanpa perlawanan dari awak kapal.
- Para awak kapal didominasi oleh warga Rusia yang berjumlah kurang lebih 30 orang.
Ketegangan diplomatik akibat penyitaan kapal tanker ini mencerminkan dinamika kompleks terkait sanksi ekonomi dan geopolitik di kawasan Amerika Latin dan sekitarnya. Langkah AS tersebut diyakini berniat melemahkan aliansi antara Venezuela, Kuba, dan sekutunya. Protes keras dari Kuba dan Iran menegaskan bahwa insiden ini lebih dari sekadar perselisihan perdagangan minyak biasa.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com





