Gelombang panas ekstrem kini menjadi ancaman serius bagi para pekerja di seluruh dunia. Kenaikan suhu yang tidak terkendali meningkatkan risiko kesehatan dan keselamatan kerja secara signifikan.
Para pekerja yang beraktivitas di luar ruangan seperti di sektor pertanian, konstruksi, dan transportasi mengalami dampak langsung yang sangat besar. Pelaporan dari International SOS menyatakan bahwa panas ekstrem sudah masuk dalam daftar risiko utama keselamatan kerja global.
Suhu tinggi ekstrem menyebabkan peningkatan kematian akibat panas hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya. Sepanjang periode gelombang panas terbaru, diperkirakan ada sekitar 16.500 kematian tambahan yang terkait paparan panas ekstrem.
Kasus nyata terlihat di Barcelona, di mana seorang pekerja kebersihan jalan, Montse Aguilar, meninggal saat suhu mencapai 35°C. Kejadian tragis ini memicu protes dan seruan untuk perlindungan yang lebih baik bagi pekerja lapangan dari panas ekstrem.
Sebagai respons atas protes dan tekanan publik, pemerintah setempat memberlakukan kebijakan darurat. Perusahaan diwajibkan menyediakan perlengkapan pelindung seperti pakaian kerja berteknologi breathable, topi, tabir surya, dan menentukan jam istirahat khusus untuk hidrasi. Aktivitas penyapuan jalan juga dihentikan saat suhu mencapai 40°C.
Para pakar mengingatkan bahwa pengaturan kerja tidak bisa hanya mengacu pada angka suhu udara saja. Sistem perlindungan komprehensif yang mengacu pada regulasi global harus segera diterapkan oleh industri agar memitigasi risiko panas ekstrem.
Negara-negara berpendapatan rendah dan pekerja di sektor fisik intens menjadi kelompok paling rentan. Minimnya fasilitas adaptasi dan perlindungan membuat mereka menghadapi kerugian besar hingga potensi penurunan produktivitas ekonomi global.
Gelombang panas juga menimbulkan tekanan mental yang signifikan di lingkungan kerja. Studi dalam jurnal Occupational Medicine menunjukkan bahwa perubahan iklim memicu konflik kerja, niat berhenti meningkat, dan permusuhan antar pekerja menjadi lebih sering.
Tekanan psikologis ini memperburuk kemampuan pengambilan keputusan pekerja. Sektor yang terkait langsung dengan perubahan iklim seperti kehutanan, energi, dan pertambangan mengalami dampak psikososial yang tinggi.
Berikut beberapa langkah praktis yang mesti dilakukan untuk melindungi pekerja dari gelombang panas ekstrem:
1. Menyediakan perlindungan fisik berupa pakaian kerja yang nyaman dan alat pelindung diri.
2. Menargetkan waktu kerja di luar saat suhu sedang tidak ekstrem, misalnya pagi atau sore hari.
3. Mengatur jam istirahat rutin yang cukup untuk hidrasi dan pendinginan tubuh.
4. Meningkatkan edukasi tentang tanda-tanda heatstroke dan cara penanganan darurat.
5. Menyusun kebijakan kerja fleksibel dan sistem monitoring kondisi suhu atau kelembapan.
6. Memberikan dukungan kesehatan mental dan konseling bagi pekerja terdampak tekanan psikososial.
Langkah-langkah tersebut tidak hanya menjaga kesehatan fisik tapi juga mental para pekerja. Hal ini penting untuk mempertahankan produktivitas dan mengurangi risiko kecelakaan kerja akibat kelelahan dan stres panas.
Dalam menghadapi gelombang panas ekstrem yang makin sering terjadi, pekerja dan pengusaha harus beradaptasi bersama. Penyelamatan nyawa dan kesejahteraan tenaga kerja menjadi prioritas utama di tengah ancaman perubahan iklim global yang makin nyata. Sistem perlindungan dan kebijakan adaptasi harus segera diimplementasikan demi lingkungan kerja yang aman dan berkelanjutan.
Baca selengkapnya di: www.suara.com





