Para Menteri Luar Negeri ASEAN berkumpul di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Senin (23/12/2025) untuk membahas konflik perbatasan yang semakin memanas antara Thailand dan Kamboja. Pertemuan ini bertujuan mencari solusi guna mendorong deeskalasi setelah bentrokan mematikan terjadi dalam dua pekan terakhir.
Konflik tersebut kembali menggelora meski gencatan senjata pernah tercapai pada Juli 2025. Malaysia dan Amerika Serikat sebelumnya memprakarsai kesepakatan gencatan senjata yang sempat meredakan ketegangan di wilayah tersebut.
Latar Belakang Konflik
Perseteruan antara Thailand dan Kamboja ini berakar dari klaim wilayah yang tumpang tindih di sepanjang perbatasan kedua negara. Insiden terbaru pecah pada 8 Desember 2025, setelah dua tentara Thailand terluka dalam bentrokan di kawasan perbatasan tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, konflik meningkat dengan aksi militer yang intensif. Thailand menggunakan jet tempur F-16 untuk melancarkan serangan udara. Sementara Kamboja membalas dengan peluncuran ribuan roket BM-21 dari kendaraan peluncur bergerak.
Reaksi dan Upaya Internasional
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengimbau kedua negara segera mengakhiri permusuhan dan menarik semua senjata berat. Permintaan ini juga mencakup penghentian pemasangan ranjau darat serta pelaksanaan penuh Kesepakatan Perdamaian Kuala Lumpur, yang mengedepankan pembersihan ranjau kemanusiaan dan penyelesaian sengketa perbatasan.
Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow, telah berdialog dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio. Ia menegaskan komitmen Thailand untuk mendorong gencatan senjata dan menerapkan langkah konkret ke depan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn, juga menghadiri pertemuan ASEAN tersebut. Kementerian Luar Negeri Kamboja menegaskan bahwa Phnom Penh tetap berpegang pada prinsip penyelesaian sengketa melalui cara damai, dialog, dan diplomasi.
Dampak Konflik bagi Wilayah Sekitar
Konflik ini telah memicu kekhawatiran internasional, termasuk imbauan dari Kementerian Luar Negeri Singapura agar warganya menunda perjalanan ke daerah perbatasan Thailand dan Kamboja. Bentrokan yang berlangsung menyebabkan lebih dari 500.000 warga Kamboja mengungsi demi menghindari bahaya.
Situasi keamanan yang memburuk juga berpotensi mengganggu stabilitas kawasan ASEAN secara keseluruhan. Oleh karena itu, peran ASEAN sebagai forum regional sangat krusial dalam mengupayakan perdamaian dan stabilitas.
Agenda Pertemuan ASEAN
Beberapa poin utama yang menjadi fokus pembahasan dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Kuala Lumpur meliputi:
- Menegakkan gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja.
- Mendorong penarikan senjata berat dari zona konflik.
- Melaksanakan Kesesuaian Perdamaian Kuala Lumpur secara penuh.
- Mempercepat pembersihan ranjau darat demi keselamatan warga sipil.
- Mengaktifkan jalur dialog bilateral untuk menyelesaikan sengketa perbatasan secara damai.
Pertemuan ini menjadi langkah konkret ASEAN untuk menunjukkan kepemimpinan dalam meredam konflik antarnegara anggotanya. Hal ini sekaligus memberikan gambaran bahwa ASEAN siap menjadi mediator yang bertanggung jawab dalam menjaga perdamaian kawasan.
Keseriusan para pihak dalam pertemuan tersebut diharapkan mampu mengurangi ketegangan dan mencegah peristiwa serupa terulang. Implementasi hasil pertemuan dan pemantauan ketat menjadi kunci agar konflik dapat diselesaikan secara damai dan berkelanjutan.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com





