Pejabat senior Iran memperingatkan bahwa Teheran akan memberikan respons keras jika Amerika Serikat dan Israel kembali melakukan serangan militer. Pernyataan tersebut muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghancurkan program rudal Iran apabila negara tersebut berusaha memperkuat kapasitas militernya kembali.
Ali Shamkhani, orang kepercayaan pemimpin tertinggi Iran sekaligus mantan sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi, menegaskan melalui media sosial bahwa setiap agresi terhadap Iran akan mendapatkan balasan yang sangat keras, bahkan di luar bayangan para perancangnya. Pernyataan ini muncul hanya beberapa jam setelah ancaman langsung dari Trump dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada akhir Desember 2025.
Peringatan Keras dari Pejabat Iran
Shamkhani menuturkan bahwa doktrin pertahanan Iran sudah menetapkan respons yang akan dilakukan sebelum ancaman benar-benar direalisasikan. Ia menegaskan, kemampuan rudal dan sistem pertahanan negara tersebut tidak dapat dikendalikan oleh pihak luar dan bebas tanpa izin dari negara manapun. Ia menambahkan, “Setiap agresi akan mendapat respons keras, segera, dan di luar imajinasi para perancangnya.”
Orang nomor dua dalam urusan intelijen dan keamanan Iran ini sebelumnya menjadi korban serangan udara Israel di Teheran pada Juni 2025, yang menargetkan apartemennya di wilayah pusat kota. Meski terluka parah dalam kejadian tersebut, Shamkhani berhasil selamat dan tampil kembali beberapa hari selepas insiden, menguatkan posisi serta peran strategisnya dalam kerajaan keamanan Iran.
Ancaman Trump dan Tekanan Militer AS-Israel
Presiden AS Donald Trump menyatakan secara terbuka bahwa jika Iran mencoba mengembangkan kembali program rudalnya, maka Washington akan mengambil langkah tegas untuk menghancurkan kapasitas tersebut. Dalam pertemuan dengan Netanyahu, Trump menegaskan: “Jika mereka melakukannya, kita harus menjatuhkan mereka. Kita akan menghancurkan mereka habis-habisan.” Pernyataan ini menandai eskalasi retorika dan potensi peningkatan aksi militer di kawasan Timur Tengah.
Pernyataan Trump ini bertepatan dengan intelijen Israel yang mengungkapkan bahwa Iran masih memiliki sekitar 1.500 rudal setelah berkurang dari 3.000 akibat konflik pada Juni 2025. Netanyahu dilaporkan berencana mendorong AS untuk melakukan serangan baru yang menyasar fasilitas produksi rudal Iran dalam rangka menekan kemampuan militer negara tersebut.
Konteks Konflik dan Ketegangan Regional
Pada Juni 2025, serangan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Israel telah menargetkan fasilitas nuklir serta tokoh kunci militer Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar, yang menunjukkan eskalasi cepat dalam siklus serangan dan balasan antarnegara.
Teheran menganggap program rudalnya sebagai bagian utama dari strategi pertahanan nasional dan menolak untuk bernegosiasi terkait hal tersebut. Sikap ini mempertegas komitmen Iran untuk mempertahankan kapasitas militernya di tengah tekanan internasional dan ancaman serangan yang terus berlangsung.
Intensifikasi Dinamika Politik dan Keamanan
Situasi ini memperlihatkan ketegangan yang semakin meningkat antara Iran dengan koalisi AS-Israel yang menjadikan isu nuklir dan rudal sebagai titik krusial konflik. Peringatan keras dari pejabat Iran seperti Shamkhani menunjukkan kesiapan Tehran untuk melancarkan respons militer yang signifikan apabila provokasi berlanjut.
Masa depan hubungan antara Iran dan blok AS-Israel tampak akan terus diwarnai oleh dinamika ancaman dan potensi konfrontasi militer. Para pengamat menilai bahwa langkah diplomasi yang cermat dan tekanan internasional menjadi kunci untuk mencegah eskalasi yang lebih luas di kawasan.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com




