Penangkapan Mantan Kekasih Pelaku Bataclan atas Dugaan Rencana Serangan Baru
Menjelang peringatan 10 tahun tragedi Bataclan, pihak keamanan Prancis kembali menghadapi ancaman terorisme yang signifikan. Polisi menangkap Maëva B, mantan kekasih Salah Abdeslam, pelaku tunggal serangan Bataclan yang masih hidup, atas dugaan merencanakan aksi jihad baru.
Maëva B berusia 27 tahun dan merupakan mualaf warga Prancis. Ia diketahui menjalin hubungan surat dengan Abdeslam, yang saat ini menjalani hukuman penjara seumur hidup. Abdeslam dinyatakan bersalah pada 2022 atas keterlibatannya dalam serangan teror paling mematikan di Prancis modern.
Penangkapan dipicu setelah petugas penjara menemukan USB milik Abdeslam berisi propaganda jihad. Investigasi lebih lanjut mengungkap bahwa USB tersebut didapatkan melalui pertemuan langsung antara Maëva dan Abdeslam. Aparat kemudian menelusuri perangkat elektronik Maëva.
Dari pemeriksaan komputer dan ponsel, polisi menemukan bukti dugaan rencana aksi kekerasan yang melibatkan Maëva dan dua rekan lainnya. Ketiganya kini resmi diselidiki atas tuduhan perencanaan serangan teroris baru di Prancis.
Latar Belakang Tragedi Bataclan
Serangan di Bataclan terjadi pada 13 November 2015 dan menjadi salah satu serangan teror paling berdarah di Eropa. Aksi dimulai dengan ledakan bom bunuh diri di Stadion Stade de France. Lalu pelaku melakukan penembakan acak di sejumlah bar dan kafe di Paris.
Puncaknya terjadi di gedung konser Bataclan saat penampilan grup musik The Eagles of Death Metal. Tiga pelaku bersenjata menyerbu dan menembak penonton secara brutal sebelum meledakkan diri. Akibat serangan ini, 90 orang meninggal di lokasi dan total korban tewas mencapai 130 orang.
Peristiwa Bataclan mengoyak bangsa Prancis dan hingga kini menjadi simbol ekstremisme teror di negara tersebut. Serangan ini kerap disamakan dengan serangan 9/11 di Amerika Serikat karena dampak dan skalanya.
Ancaman Teror Baru di Era Digital
Meski ISIS yang dulu menguasai Suriah dan Irak kini melemah, ancaman terorisme tidak sepenuhnya hilang. Para ahli mengamati munculnya jenis ancaman teror baru yang lebih tersebar dan sulit diprediksi.
Gilles Kepel, pakar Timur Tengah, menjelaskan bahwa intelijen kini memiliki teknologi canggih untuk mendeteksi inisiatif radikal secara digital. Ia menyebut keberhasilan menggagalkan serangan berasal dari kemampuan memantau dan mengintervensi aksi individu sejak dini.
Namun Kepel juga mengingatkan munculnya fenomena "jihadisme ambient". Ini adalah aksi radikal yang dilakukan oleh individu terisolasi tanpa koneksi ke organisasi besar namun tetap berbahaya. Bentuk ancaman ini lebih sulit dibendung karena tidak bergantung pada jaringan terstruktur.
Pentingnya Pengawasan dan Pencegahan
Kasus penangkapan Maëva B menegaskan bahwa ancaman terorisme di Prancis masih nyata dan dinamis. Pendekatan penegakan hukum yang cepat dan teknologi digital memegang peranan penting dalam mencegah potensi serangan.
Pihak berwenang terus berupaya meningkatkan kemampuan intelijen dan kerja sama internasional agar dapat mengantisipasi perkembangan jihadis modern. Masyarakat diharapkan tetap waspada dan melaporkan aktivitas mencurigakan demi keamanan bersama.
Dengan latar tragedi Bataclan yang tetap membayangi, penangkapan ini menjadi pengingat bahwa upaya melawan terorisme harus terus berlanjut. Negara-negara di dunia memperkuat strategi pencegahan demi menghindari terulangnya insiden yang memilukan.
Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com





