Shutdown Terpanjang AS Sebabkan Kerugian Rp 183 Triliun, Dampak Ekonomi Meluas

Shopee Flash Sale

Shutdown pemerintahan AS yang berlangsung lebih dari satu bulan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan kerugian permanen mencapai US$ 11 miliar atau sekitar Rp 183 triliun akibat shutdown terpanjang dalam sejarah negara tersebut.

Kerugian tersebut timbul karena sebagian besar aktivitas pemerintah yang terhenti, menyebabkan gangguan pada layanan publik dan operasional berbagai sektor. Meski begitu, Bessent tetap optimistis terhadap prospek ekonomi AS pada tahun 2026.

Selain kerugian ekonomi, shutdown ini juga memicu ketegangan politik yang masih berpotensi muncul. Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang pendanaan sementara sebagai akhir dari shutdown tersebut, tetapi perbedaan pandangan antara Partai Demokrat dan Partai Republik tetap membayangi.

Dalam pandangan Bessent, resesi yang terjadi saat ini hanya terjadi di beberapa sektor sensitif suku bunga, seperti sektor perumahan. Ia menilai resesi di sektor ini tidak akan menjalar hingga menggempur pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, dia menekankan bahwa ekonomi AS tidak akan mengalami pertumbuhan negatif total.

Inflasi saat ini berada di sekitar level 3 persen dan menurut Scott Bessent, kenaikan inflasi lebih didorong oleh peningkatan harga jasa. Ia menambahkan bahwa penurunan harga energi memberikan kontribusi positif untuk menekan angka inflasi secara keseluruhan.

Rencana pemerintahan Trump untuk menurunkan suku bunga dan memangkas pajak dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pasca shutdown. Kebijakan ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Dampak shutdown terhadap ekonomi AS juga terlihat dalam beberapa aspek berikut:

1. Penutupan layanan pemerintah yang berdampak pada pegawai federal yang dirumahkan tanpa gaji.
2. Terhambatnya proses administrasi dan pelayanan publik esensial.
3. Penurunan kepercayaan investor karena ketidakpastian politik.
4. Gangguan pada sektor perumahan akibat resesi lokal yang berhubungan dengan suku bunga.
5. Tekanan inflasi yang berkelanjutan meskipun energi mulai lebih murah.

Shutdown ini menjadi peringatan bagi pentingnya stabilitas politik dan kerja sama lintas partai di AS. Kerugian ekonomi yang besar sekaligus menimbulkan tantangan serius dalam menjaga kepercayaan pasar dan kelangsungan pertumbuhan jangka panjang.

Meskipun kondisi saat ini menunjukkan sejumlah tekanan, baik dari resesi sektor-sektor tertentu maupun gejolak politik, proyeksi ekonomi AS untuk 2026 masih menghadirkan harapan. Kebijakan fiskal dan moneter yang sedang disiapkan diyakini dapat menekan risiko resesi lebih dalam dan mengendalikan inflasi dengan lebih efektif.

Penanganan shutdown pemerintah yang cepat dan efektif juga krusial untuk meminimalkan kerugian ekonomi sekaligus menjaga stabilitas sosial dan politik di tengah ketegangan yang masih membayangi pemerintahan AS.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button