Waspada Virus RSV: Penyebab Utama Bronkiolitis dan Pneumonia pada Bayi yang Perlu Diwaspadai

Shopee Flash Sale

Virus RSV (respiratory syncytial virus) merupakan penyebab utama infeksi saluran pernapasan pada bayi di bawah usia dua tahun. Hampir semua anak pernah terinfeksi RSV sebelum memasuki usia tersebut. Meski infeksi RSV biasanya ringan pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, virus ini berisiko tinggi menyebabkan penyakit serius pada bayi karena ukuran saluran napas mereka yang kecil dan rentan tersumbat.

RSV sangat mudah menular melalui kontak dekat, percikan batuk atau bersin, hingga sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi virus. Penularan tersebut biasanya meningkat pada musim tertentu, terutama akhir musim gugur sampai awal musim semi di negara beriklim sedang. Namun, di wilayah tropis, pola musiman ini tidak selalu konsisten.

Risiko Komplikasi pada Bayi

Menurut data dari Cleveland Clinic, sekitar 40% infeksi RSV pada bayi pertama kali dapat berkembang menjadi penyakit serius seperti bronkiolitis dan pneumonia. Bronkiolitis menyebabkan peradangan pada bronkiolus, saluran udara kecil di paru-paru, sehingga menimbulkan pembengkakan dan produksi lendir berlebihan yang menyumbat saluran napas. Pneumonia, yang juga dapat dipicu RSV, merupakan infeksi berat pada jaringan paru-paru.

Kelompok bayi yang paling rentan mengalami komplikasi parah meliputi bayi di bawah enam bulan, bayi prematur, serta mereka yang memiliki kondisi kronis seperti penyakit paru bawaan, masalah jantung, atau gangguan sistem imun. Risiko perawatan di rumah sakit menjadi sangat tinggi bagi bayi-bayi ini.

Gejala Awal dan Tanda Bahaya RSV

Gejala RSV pada bayi biasanya muncul dalam waktu dua sampai delapan hari setelah terpapar virus. Awalnya gejala mirip flu biasa, seperti pilek, batuk, dan demam ringan. Namun, pada bayi, tanda-tanda infeksi bisa lebih sulit dikenali, meliputi rewel, menurun nafsu makan, dan kurang aktif.

Orang tua perlu mewaspadai tanda-tanda peringatan berikut yang menandakan kondisi serius dan harus segera mendapatkan penanganan medis: pernapasan cepat atau dangkal, suara mengi saat bernapas, tarikan dinding dada saat bernapas, bibir atau kuku kebiruan, apnea atau jeda napas, dan tanda dehidrasi seperti berkurangnya jumlah popok basah.

Strategi Pencegahan Berbasis Imunisasi

Pencegahan merupakan upaya utama untuk melindungi bayi dari risiko infeksi RSV yang berat. Saat ini, terdapat dua jenis imunisasi yang direkomendasikan dan efektif menurunkan risiko rawat inap akibat RSV:

  1. Vaksin RSV untuk ibu hamil (vaksin maternal)
    Vaksin seperti Pfizer Abrysvo diberikan pada ibu hamil usia kehamilan 32–36 minggu. Ini bertujuan memberikan antibodi pasif kepada janin agar bayi memperoleh perlindungan selama enam bulan pertama kehidupannya.

  2. Imunisasi antibodi RSV untuk bayi
    Antibodi monoklonal seperti Nirsevimab (Beyfortus) atau Clesrovimab disuntikkan langsung ke bayi. Imunisasi ini melindungi bayi selama minimal lima bulan dan direkomendasikan untuk bayi di bawah delapan bulan yang memasuki musim RSV pertama serta bayi berisiko tinggi usia 8-19 bulan dengan dosis tambahan.

Berbagai studi klinis membuktikan kedua metode ini efektif menekan angka penyakit parah dan rawat inap akibat RSV. Namun, implementasi program imunisasi ini dapat berbeda di tiap negara.

Langkah Pencegahan Non-Imunisasi

Selain imunisasi, tindakan pencegahan lain tetap sangat penting dilakukan oleh orang tua dan lingkungan sekitar. Rutin mencuci tangan sebelum menyentuh bayi dan mengajak orang lain melakukan hal yang sama dapat sangat mengurangi risiko penularan. Hindari bayi kontak dengan orang yang sedang menunjukkan tanda flu atau batuk, dan bersihkan permukaan benda yang sering disentuh secara berkala.

Perhatian serius dan tindakan tepat dapat membantu meminimalisasi komplikasi serius akibat RSV pada bayi. Mengenali gejala dini, cepat mendapatkan pertolongan medis jika tanda bahaya muncul, dan memanfaatkan imunisasi yang tersedia adalah kunci utama melindungi si kecil dari ancaman virus ini.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button