Minim Air Bersih, Pengungsi Banjir Aceh Tamiang Alami Wabah Penyakit Mendesak Penanganan

Shopee Flash Sale

Minimnya ketersediaan air bersih di posko pengungsian banjir Aceh Tamiang menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius. Sejumlah pengungsi, terutama anak-anak, mulai mengalami gangguan kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dan demam.

Sejak air banjir mulai surut, debu dari lumpur kering beterbangan di sekitar lokasi pengungsian. Kondisi ini diperparah dengan sanitasi yang buruk dan keterbatasan air bersih. Debu dan sanitasi yang tidak memadai memicu meningkatnya kasus penyakit pernapasan dan infeksi di kalangan pengungsi.

Dokter relawan di posko kesehatan, Ilham Mufid, menyampaikan bahwa puluhan pengungsi datang untuk berobat setiap hari. Penyakit yang paling banyak ditangani adalah diare, batuk, pilek, dan demam yang berkaitan dengan kondisi lingkungan pengungsian.

Meski kebanyakan kasus masih dapat ditangani secara rawat jalan, beberapa pasien dengan kondisi serius dirujuk ke rumah sakit. Rujukan biasanya ditujukan ke RSUD Langsa dan RSUD Aceh Tamiang agar penanganan lebih lanjut dapat dilakukan dengan optimal.

Selain risiko penyakit menular, banyak pengungsi mengalami luka-luka karena menginjak pecahan kaca, paku, dan material bangunan yang masih berserakan. Keadaan ini disebabkan oleh lumpur yang belum dibersihkan serta kurangnya penggunaan alas kaki di pengungsian.

Tim medis secara rutin mengimbau para pengungsi menggunakan masker sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi paparan debu. Penggunaan masker dianggap efektif mencegah masuknya partikel debu yang dapat memicu infeksi saluran pernapasan.

Juwita Sari, salah satu pengungsi yang tinggal di posko, mengungkapkan bahwa anak-anak di sana mudah jatuh sakit. Bayinya yang berusia satu tahun sudah beberapa kali mengalami demam dan batuk sejak pindah ke lokasi pengungsian.

Ia juga menceritakan kesulitan saat banjir pertama kali melanda, di mana ketiadaan air bersih memaksanya memberikan air hujan atau bahkan air bercampur lumpur kepada anaknya. Hal ini menunjukkan tingkat keterbatasan fasilitas dasar di posko pengungsi.

Ketakutan Juwita terhadap dampak kesehatan dari kondisi air kotor tersebut sangat besar. Ia merasa sedih dan takut, namun terpaksa memenuhi kebutuhan minum anaknya agar tidak dehidrasi meski kualitas air sangat buruk.

Berikut beberapa fakta penting terkait kondisi pengungsi banjir di Aceh Tamiang:
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, dan demam adalah penyakit utama.
2. Ketersediaan air bersih sangat terbatas di lokasi pengungsian.
3. Penanganan medis dilakukan di posko dan rumah sakit rujukan untuk kasus serius.
4. Banyak luka akibat pecahan kaca dan material bangunan yang belum dibersihkan.
5. Penggunaan masker dianjurkan untuk mencegah penyakit terkait debu.

Masalah kesehatan yang dialami pengungsi ini menggambarkan kebutuhan mendesak akan pemenuhan fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan. Upaya pemulihan kondisi kesehatan harus didukung dengan peningkatan sarana air bersih agar risiko penyakit menular dapat ditekan.

Selain penanganan medis, diperlukan perhatian ekstra untuk kebersihan dan sanitasi posko, serta edukasi kepada pengungsi mengenai pentingnya penggunaan alas kaki dan masker. Langkah ini akan membantu mengurangi risiko luka dan penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat.

Situasi pengungsi di Aceh Tamiang menjadi peringatan penting bagi pemerintah dan lembaga kemanusiaan untuk cepat tanggap. Penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan yang memadai sangat vital untuk mencegah wabah penyakit di masa pemulihan pascabencana.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button