Kenali Tanda Awal Kusta yang Terjadi Secara Bertahap untuk Deteksi Lebih Cepat

Kasus dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang terkonfirmasi menderita penyakit kusta di Rumania menunjukkan bahwa penyakit ini tetap menjadi perhatian di berbagai wilayah, termasuk yang sebelumnya bebas kasus. Temuan ini mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap gejala kusta yang berkembang secara bertahap dan sering tidak mudah dideteksi sejak awal.

Penyakit kusta atau Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Progresivitasnya yang lambat dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, mengenali gejala awal sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

1. Luka atau Kelainan pada Kulit
Tanda pertama penyakit kusta adalah munculnya bercak kulit yang tidak sembuh lama. Bercak tersebut biasanya lebih pucat dan berbentuk datar, dengan tingkat keparahan berbeda pada tiap tipe kusta.

2. Mati Rasa dan Kesemutan
Gangguan saraf tepi menyebabkan hilangnya rasa sentuhan, panas, atau nyeri terutama di tangan dan kaki. Mati rasa ini berisiko memicu luka yang tidak disadari dan infeksi lanjutan.

3. Kelemahan Otot
Kerusakan saraf motorik akibat infeksi berdampak pada kelemahan otot. Hal ini bisa menyebabkan keterbatasan gerakan hingga kehilangan fungsi pada jari atau anggota tubuh lainnya.

4. Hidung Tersumbat
Peradangan pada lapisan hidung mengakibatkan hidung tersumbat berkepanjangan. Kondisi ini berpotensi berkembang menjadi sinusitis ataupun infeksi saluran pernapasan.

5. Mimisan Berulang
Iritasi jaringan hidung bisa memicu mimisan berulang meski sering dianggap ringan. Namun, perlu penanganan medis agar jaringan hidung tidak rusak lebih jauh.

6. Gangguan Penglihatan
Pada tahap lanjut, infeksi dapat merusak saraf mata. Gangguan penglihatan bahkan kebutaan dapat terjadi terutama jika penderita terpapar iritan secara berkepanjangan.

7. Kelumpuhan
Kerusakan saraf yang berat menyebabkan kelumpuhan parsial atau total. Kelumpuhan membuat otot tidak menerima sinyal sehingga tidak dapat berfungsi normal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan penyakit kusta menjadi dua tipe utama: kusta paucibacillary dengan lima atau kurang lesi kulit dan kusta multibacillary dengan lebih dari lima lesi serta bukti bakteri. Klasifikasi ini menentukan jenis dan durasi pengobatan yang diperlukan.

Pengobatan kusta menggunakan multi-drug therapy (MDT) yang terdiri dari beberapa antibiotik seperti dapsone, rifampisin, dan clofazimine. Terapi ini efektif membunuh bakteri dan tersedia gratis di banyak negara. Deteksi dini dan pengobatan tepat waktu menjadi kunci mencegah kecacatan permanen dan menekan penyebaran penyakit.

Keterlambatan diagnosis kusta bisa memicu komplikasi serius seperti perubahan bentuk tubuh, kebutaan, serta disfungsi organ. Oleh sebab itu, masyarakat dianjurkan meningkatkan kewaspadaan terhadap perubahan kulit dan gangguan saraf yang muncul bertahap. Pemeriksaan medis segera saat gejala mulai terlihat dapat menyelamatkan kualitas hidup dan mengendalikan penularan penyakit ini.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button