
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia telah mengeluarkan izin edar untuk obat generik yang mengandung dydrogesterone. Obat ini menjadi pilihan alternatif yang lebih terjangkau bagi pasien yang mengalami infertilitas, terutama pasangan yang menjalani program kehamilan seperti in vitro fertilization (IVF).
Kehadiran obat generik dydrogesterone ini sejalan dengan langkah strategis BPOM dalam mempercepat akses terhadap obat inovatif. Kepala BPOM, Prof. Taruna Ikrar, menegaskan bahwa peningkatan kualitas kesehatan masyarakat menjadi fokus utama melalui percepatan proses registrasi dan pengembangan regulasi yang mendukung.
Manfaat Dydrogesterone dalam Terapi Progesteron dan Infertilitas
Dydrogesterone adalah obat hormon yang telah digunakan secara klinis sejak 1960. Obat ini bekerja sebagai terapi pengganti untuk defisiensi progesteron yang dapat menyebabkan masalah kesuburan. Berdasarkan penjelasan Direktur Utama PT Dexa Medica, V. Hery Sutanto, dydrogesterone secara farmakologis menyerupai progesteron alami dalam tubuh, sehingga aman dan efektif untuk pengobatan.
Kelebihan penggunaan dydrogesterone generik adalah ketersediaannya dalam bentuk sediaan oral. Hal ini memberi kemudahan bagi pasien dalam mengonsumsi obat secara rutin, sehingga tingkat kepatuhan terapi pun meningkat. Keberadaan obat ini diyakini mampu menunjang keberhasilan program kehamilan bagi pasangan yang ingin memiliki anak.
Kualitas dan Keamanan Obat Generik Dydrogesterone
BPOM menegaskan bahwa keamanan, khasiat, dan mutu produk dijaga ketat sesuai standar internasional. Sebelum obat generik dydrogesterone mendapat izin edar, telah dilakukan uji bioekuivalensi untuk membandingkan efektivitasnya dengan produk originator. Uji ini memastikan bahwa produk generik memiliki efek terapeutik yang setara dan profil keamanan yang sebanding.
Hery Sutanto menyatakan bahwa bukti bioekuivalensi ini menjadi jaminan bahwa obat generik dapat menjadi solusi yang efektif sekaligus ekonomis. Komitmen perusahaan dalam menghadirkan produk berkualitas dengan harga terjangkau juga memperluas akses masyarakat terhadap terapi infertilitas.
Data Infertilitas dan Pentingnya Terapi Progesteron
Menurut data WHO tahun 2023, sekitar 17,5% orang dewasa di dunia pernah mengalami infertilitas. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat bahwa 10-15% pasangan atau sekitar 4-6 juta pasangan di Indonesia menghadapi masalah infertilitas dan membutuhkan penanganan medis.
Infertilitas dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi pada pasangan yang belum pernah mendapatkan kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder dialami oleh pasangan yang pernah memiliki anak tetapi sulit memperoleh kehamilan berikutnya. Faktor penyebab infertilitas sangat beragam, meliputi:
- Faktor fisiologis pada pria (20–30% kasus)
- Faktor fisiologis pada wanita (20–35% kasus)
- Gangguan yang terjadi pada kedua pasangan (25–40% kasus)
- Penyebab tidak jelas atau unexplained infertility (10–20% kasus)
Dengan keberadaan dydrogesterone generik, terapi hormonal untuk mengatasi defisiensi progesteron pada wanita menjadi lebih mudah diakses. Hal ini sangat penting mengingat peran progesteron dalam menjaga dan mendukung proses kehamilan.
Komitmen BPOM dan Dunia Farmasi
BPOM terus berupaya melakukan inovasi dan perubahan regulasi agar obat-obatan inovatif lebih cepat tersedia di pasaran. Pendekatan ini tidak hanya menjamin kualitas obat, tetapi juga memastikan akses yang terjangkau bagi masyarakat luas.
PT Dexa Medica sebagai produsen obat generik dydrogesterone berkomitmen untuk menghadirkan produk yang tidak hanya memenuhi standar kualitas tinggi, namun juga meningkatkan ketersediaan range terapi infertilitas. Terapi ini menjadi solusi penting bagi pasangan yang sedang berjuang untuk memiliki keturunan dengan cara yang aman dan efektif.
Baca selengkapnya di: lifestyle.bisnis.com





