Angka Depresi di Jakarta Melebihi Rata-Rata Nasional: Fakta dan Data Terbaru 2025

Shopee Flash Sale

Kementerian Kesehatan mencatat angka depresi di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Sebanyak 1,5 persen penduduk DKI Jakarta berusia di atas 15 tahun mengalami depresi, sementara secara nasional angka ini berada di kisaran 1,4 persen.

Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang umum dengan ciri suasana hati tertekan dan hilangnya minat dalam aktivitas sehari-hari secara berkepanjangan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 332 juta orang di dunia mengalami depresi, namun hanya sebagian kecil yang mendapat penanganan tepat.

Prevalensi Depresi dan Stigma di Jakarta

Data Kemenkes juga menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa, termasuk depresi dan gangguan kecemasan, menempati posisi kedua tertinggi di kelompok penyakit. Prevalensi gangguan mental di DKI Jakarta tercatat 2,2 persen, di atas angka nasional yang sebesar 2 persen.

Meski angka depresi di Jakarta tinggi, kesadaran mencari pengobatan masih rendah. Hanya 12,7 persen penderita depresi yang mencari bantuan profesional. Hal ini dipicu adanya stigma negatif terkait kesehatan mental.

“Orang yang sedih terus sering dipandang kurang kuat iman atau dianggap lemah,” ujar Yunita Arihandayani, Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kemenkes. Stigma ini membuat penderita enggan mendapat perawatan, padahal tanpa penanganan, depresi bisa memburuk.

Gejala Depresi yang Perlu Diwaspadai

Depresi bukan sekadar perubahan mood biasa, tapi berlangsung hampir setiap hari minimal dua minggu. Gejala utamanya meliputi perasaan sedih, mudah tersinggung, hilangnya minat di berbagai aktivitas, serta perasaan hampa.

WHO mengidentifikasi gejala lain seperti:

  1. Konsentrasi menurun
  2. Perasaan bersalah yang berlebihan
  3. Rasa putus asa terhadap masa depan
  4. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
  5. Gangguan tidur
  6. Perubahan nafsu makan atau berat badan
  7. Kelelahan atau energi rendah

Gejala ini dapat mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan, bahkan belajar, sehingga pengenalan dini penting untuk mencegah dampak yang lebih berat.

Pendekatan Penanganan Depresi

Penanganan depresi dilakukan melalui kombinasi pengobatan psikologis dan medis. Terapi psikologis seperti terapi perilaku kognitif, terapi pemecahan masalah, serta psikoterapi interpersonal banyak digunakan. Pada depresi sedang sampai berat, obat antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dapat diresepkan.

Untuk kasus depresi ringan, obat biasanya tidak dianjurkan. Penting juga untuk memperhatikan efek samping dan preferensi pasien dalam memilih metode pengobatan.

Selain terapi dan obat-obatan, perawatan diri (self care) berperan penting. Beberapa langkah self care meliputi:

  1. Melakukan aktivitas yang disukai
  2. Menjaga hubungan dengan keluarga dan teman
  3. Rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki
  4. Menjaga pola makan dan tidur yang teratur
  5. Menghindari alkohol dan obat terlarang
  6. Berbicara dengan orang terpercaya
  7. Mencari bantuan profesional jika diperlukan

Dengan langkah ini, penderita dapat mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Kenyataan bahwa angka depresi di Jakarta melebihi rata-rata nasional menunjukkan kebutuhan mendesak untuk mengurangi stigma dan meningkatkan akses ke layanan kesehatan jiwa. Kesadaran masyarakat dan dukungan lingkungan sangat penting agar individu dengan depresi mendapat perawatan yang tepat dan hidup lebih sejahtera.

Berita Terkait

Back to top button