Hari AIDS Sedunia 2025: Dorong Perubahan untuk Layanan HIV/AIDS yang Lebih Optimal

Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 2025 menjadi momentum penting untuk mengingatkan perlunya perubahan dalam layanan HIV/AIDS. Tema tahun ini, “Overcoming disruption, transforming the AIDS response,” mengajak semua pihak agar memperbaiki kualitas dan akses layanan yang selama ini masih belum merata.

Sampai saat ini, akses layanan HIV/AIDS masih menjadi tantangan besar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Data WHO tahun 2024 mencatat ada sekitar 40,8 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia. Namun, distribusi layanan kesehatan bagi para penyintas masih belum merata, terutama di daerah-daerah rentan yang kekurangan fasilitas.

Menurut WHO, setiap orang berhak mendapatkan layanan HIV/AIDS tanpa terkendala lokasi maupun latar belakang sosial ekonomi. Sayangnya, ketidaksetaraan ini membuat banyak penderita HIV/ AIDS menunda pengobatan. Penundaan ini berisiko memperparah kondisi kesehatan dan meningkatkan angka penularan baru.

Stigma sosial menjadi faktor penghalang terbesar dalam upaya penanganan HIV/AIDS. Data dari UNAIDS mengungkap bahwa banyak penyintas takut melakukan pemeriksaan atau pengobatan karena takut dicap negatif oleh lingkungan sekitar. Rasa takut dikucilkan dan dijauhi membuat mereka lebih enggan mengakses layanan kesehatan secara maksimal.

Dampak stigma ini juga memperlambat upaya pencapaian target pemberantasan AIDS pada tahun 2030. Jika stigma tetap berlanjut, akan semakin sulit menekan angka kasus baru dan meningkatkan kualitas hidup penyintas. Oleh karena itu, pengurangan stigma harus menjadi bagian utama dalam strategi layanan HIV/AIDS.

Selain itu, dukungan mental sangat dibutuhkan penyintas untuk menghadapi tekanan emosional. Laman The Well Project menyebutkan perempuan dengan HIV menghadapi risiko depresi dan kecemasan yang lebih tinggi. Stigma dan tekanan sosial memperberat rasa sedih dan ketakutan yang mereka alami sehari-hari.

Penyedia layanan kesehatan pun diharapkan mengintegrasikan bantuan psikososial dalam program pengobatan HIV/AIDS. Ruang aman untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan mental dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penyintas secara keseluruhan.

Berikut beberapa langkah penting yang perlu dilakukan untuk memperbaiki layanan HIV/AIDS:

1. Memperluas akses layanan kesehatan di daerah-daerah terpencil dan rentan.
2. Menghilangkan stigma melalui edukasi dan kampanye sosial yang inklusif.
3. Menyediakan dukungan psikologis dan ruang bicara bagi penyintas.
4. Melibatkan pemerintah dan masyarakat dalam kolaborasi pencegahan dan pengobatan.

Hari AIDS Sedunia 2025 menegaskan pentingnya melakukan perubahan mendasar dalam layanan HIV/AIDS. Segala upaya harus difokuskan agar layanan menjadi lebih mudah diakses, bebas stigma, dan memberi dukungan menyeluruh bagi penyintas. Dengan begitu, harapan untuk mengakhiri AIDS pada 2030 dapat semakin mendekati kenyataan.

Exit mobile version