Ini Alasan Bidet Sulit Ditemukan di Luar Negeri: Faktor Budaya dan Infrastruktur Toilet

Shopee Flash Sale

Banyak orang Indonesia yang merasa heran karena bidet sulit ditemukan di luar negeri, terutama di negara dengan kebiasaan menggunakan tisu toilet seperti Amerika Serikat dan Inggris. Bidet adalah alat sanitasi untuk membersihkan area intim dengan air setelah buang air yang umum digunakan di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Eropa.

Perbedaan Budaya dan Kebiasaan

Salah satu penyebab utama bidet jarang ditemui di luar negeri adalah perbedaan budaya dan kebiasaan. Di sejumlah negara barat, penggunaan tisu toilet sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari sebagai cara utama membersihkan diri setelah buang air. Indonesia dan negara tropis lain lebih terbiasa menggunakan air karena dianggap lebih bersih.

Faktor cuaca juga memengaruhi kebiasaan ini. Cuaca dingin di negara-negara barat membuat warga enggan bersentuhan dengan air setelah buang air, berbeda dengan masyarakat tropis yang relatif nyaman menggunakan air untuk membersihkan diri.

Konsep yang Masih Terasa Asing

Bidet awalnya hanya digunakan oleh bangsawan Prancis dan kemudian menyebar ke beberapa negara Eropa, Asia Timur, dan Amerika Selatan. Namun, di negara-negara barat seperti Amerika Serikat, banyak yang menganggap bidet sebagai konsep asing dan tidak umum. Penggunaannya baru mulai dikenal setelah orang-orang melakukan perjalanan ke negara yang menggunakan bidet dan mengenal manfaatnya.

Selain itu, media sosial menjadi salah satu media edukasi yang membantu mengubah persepsi soal bidet. Melalui pengalaman positif pengguna yang dibagikan secara online, orang mulai tertarik mencoba bidet meskipun awalnya dianggap aneh.

Konotasi Negatif yang Menghambat

Selain faktor budaya, persepsi negatif juga jadi penghambat. Di Amerika Serikat misalnya, bidet sempat dianggap tidak maskulin dan dikaitkan dengan tempat-tempat tertentu seperti rumah bordil pada masa Perang Dunia II. Hal ini membuat masyarakat enggan menggunakan bidet karena stigma sosial yang melekat.

Kurangnya edukasi juga membuat masyarakat belum sepenuhnya memahami manfaat bidet yang meliputi kebersihan yang lebih baik hingga pengurangan konsumsi tisu yang berdampak pada lingkungan.

Faktor Ekonomi dan Infrastruktur

Kondisi sistem perpipaan dan desain rumah di beberapa negara barat dinilai tidak memadai untuk memasang bidet. Di Amerika Serikat, banyak pembangunan rumah baru yang tidak menyertakan fasilitas bidet sehingga alat ini jarang tersedia di kamar mandi. Hal ini juga berkaitan dengan faktor ekonomi dan lingkungan terkait penggunaan tisu toilet.

Produksi tisu memerlukan sumber daya besar seperti air, energi, dan pohon sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan. Dengan beralih ke bidet, penggunaan kertas dapat dikurangi, menekan kerusakan lingkungan dan menghemat biaya jangka panjang.

Inovasi Bidet di Negara dengan Tradisi Penggunaan Lebih Kuat

Di negara-negara yang sudah terbiasa menggunakan bidet, seperti Jepang dan Italia, inovasi alat ini terus dikembangkan. Teknologi bidet di Jepang misalnya sangat canggih, menawarkan berbagai fitur mulai dari pengaturan suhu air, pengering, hingga sensor kesehatan pengguna.

Di Indonesia sendiri, walau bidet belum menjadi standar di setiap toilet, jet shower atau selang air sudah umum digunakan karena dinilai praktis dan efektif. Hal ini menjadi pilihan favorit masyarakat yang mengedepankan kebersihan.

Kini, seiring meningkatnya pemahaman tentang keuntungan menggunakan bidet, alat ini mulai mendapat perhatian dari masyarakat di luar negeri. Jika Anda berencana bepergian ke negara yang belum terbiasa menggunakan bidet, membawa bidet portabel bisa menjadi solusi praktis agar tetap menjaga kebersihan.

Pemahaman budaya, edukasi soal manfaat kebersihan, serta inovasi terus mendorong perkembangan penggunaan bidet ke masa depan. Penggunaan bidet bukan sekadar alat sanitasi, tapi juga bagian dari gaya hidup sehat dan ramah lingkungan yang semakin relevan di era sekarang.

Berita Terkait

Back to top button