Terbukti! 5 Penyebab Home Fatigue Akibat WFH Tanpa Batas di Era Digital 2025

Shopee Flash Sale

Era digital telah mengubah cara kerja menjadi lebih fleksibel dengan sistem Work From Home (WFH) dan pola kerja hybrid. Namun, fleksibilitas ini menimbulkan fenomena baru yang dikenal dengan istilah home fatigue, yaitu kelelahan yang muncul akibat rumah berubah fungsi menjadi kantor tanpa batas waktu yang jelas.

Home fatigue sangat dirasakan terutama oleh generasi muda yang terbiasa dengan budaya “always on”. Notifikasi pekerjaan yang terus berdatangan tak henti-henti membuat batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan menjadi kabur. Sebagai akibatnya, banyak pekerja sulit melepaskan diri dari pekerjaan dan mengalami peningkatan stres serta kelelahan mental.

1. Teknologi dan Notifikasi Tanpa Henti
Kehadiran teknologi seperti email, WhatsApp, dan aplikasi kolaborasi mempercepat komunikasi kerja. Namun, notifikasi yang datang kapan saja memaksa pekerja selalu siap merespons sehingga otak sulit beristirahat.

Tekanan psikologis ini menjadi penyebab utama home fatigue. Budaya “always on” mendorong pekerja kehilangan kendali atas waktu pribadi mereka.

2. Kurangnya Regulasi Jam Kerja Digital
Banyak perusahaan tidak memiliki aturan jelas tentang jam kerja di era WFH. Karyawan kerap dihubungi di luar jam kerja resmi tanpa adanya batas yang tegas.

Hal ini menciptakan ekspektasi tidak realistis, di mana karyawan merasa harus selalu online agar dianggap loyal. Akibatnya, hak istirahat pekerja tidak terlindungi dengan baik.

3. Rumah Menjadi Kantor Permanen
Ketika rumah berubah menjadi ruang kerja permanen, peran utamanya sebagai tempat istirahat tergeser. Hal ini membuat pekerja sulit memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi secara jelas.

Campur aduk fungsi rumah dan kantor semakin memperparah kelelahan mental dan fisik. Rumah seharusnya menjadi ruang recharge, bukan tempat tekanan kerja yang tiada henti.

4. Dampak Psikologis yang Mengkhawatirkan
Home fatigue memengaruhi kesehatan mental pekerja. Terus-menerus terhubung dengan pekerjaan meningkatkan tingkat stres dan menurunkan fokus serta produktivitas.

Tidak hanya itu, muncul perasaan bersalah saat beristirahat karena pekerjaan selalu menunggu. Kondisi ini berpotensi merusak kualitas kerja dan hubungan sosial.

5. Risiko Burnout di Era “Always On”
Budaya kerja tanpa batas berpotensi menyebabkan burnout jangka panjang. Burnout membuat pekerja kehilangan motivasi, energi, dan semangat kerja yang berdampak negatif pada kinerja perusahaan.

Solusi pencegahan burnout antara lain menetapkan batasan waktu kerja yang sehat. Contohnya, tidak membuka email atau pesan pekerjaan di luar jam kerja serta menyediakan ruang kerja khusus agar tidak bercampur dengan ruang pribadi.

Data dari sumber terpercaya menunjukkan pentingnya mengelola waktu kerja dan istirahat untuk menjaga keseimbangan hidup. Produktivitas yang sebenarnya hadir saat pekerja bisa memisahkan waktu kerja dan kehidupan personal secara sehat dan teratur.

Menerapkan aturan dan disiplin diri terhadap jam kerja dapat mengembalikan fungsi rumah sebagai tempat istirahat. Dengan begitu, pekerja tetap sehat mental, bahagia, dan mampu berkontribusi secara optimal dalam jangka panjang.

Sumber referensi: The Conversation, Indonesiana, dan Bisnis.com.

Baca selengkapnya di: yoursay.suara.com

Berita Terkait

Back to top button