Indonesia pada tahun 2025 kembali dihadapkan pada berbagai bencana alam yang menguji ketangguhan dan kesiapsiagaan masyarakat serta pemerintah. Sepanjang tahun ini, tercatat sebanyak 2.590 kejadian bencana alam yang meliputi berbagai jenis peristiwa mulai dari banjir, tanah longsor, gempa bumi, hingga erupsi gunung api. Data ini dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per tanggal 15 Oktober 2025.
Sebagian besar bencana yang melanda Indonesia termasuk dalam kategori hidrometeorologi dengan presentase mencapai 99,03 persen, sedangkan bencana geologi hanya sebesar 0,97 persen. Banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan menjadi bencana yang paling sering terjadi tahun ini. Berikut adalah penjabaran beberapa bencana signifikan yang tercatat terjadi sepanjang tahun 2025.
Banjir dan Tanah Longsor di Pekalongan
Pada tanggal 21 Januari 2025, hujan deras memicu banjir dan tanah longsor di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Kecamatan Petungkriyono menjadi wilayah yang paling terdampak. Longsor menimpa sebuah kafe dan dua rumah, sementara banjir menyapu kelompok pemancing di tepian sungai. Korban jiwa mencapai 20 orang meninggal dan 14 luka-luka. Evakuasi dilakukan oleh tim SAR di tengah kondisi cuaca yang masih tidak bersahabat. (Sumber: BBC Indonesia, BNPB)
Banjir Bandang di Demak
Banjir besar terjadi juga di Kabupaten Demak pada 8 Februari 2025. Sekitar 547 jiwa mengungsi di tiga desa terdampak, yakni Desa Prampelan, Loireng, dan Batu. Luas wilayah terdampak mencapai 21 desa di tiga kecamatan dengan 56.785 jiwa terdampak dan 4.508 rumah tergenang air. Ketinggian air di beberapa desa mencapai lebih dari 1 meter, memaksa warga mengungsi ke balai desa dan tempat aman lainnya. (Sumber: BPBD Demak, detikJateng)
Banjir di Wilayah Jabodetabek
Awal Maret 2025, banjir melanda wilayah Jabodetabek, dengan Jakarta sebagai pusat kejadian. BPBD DKI Jakarta melaporkan genangan terjadi di 77 RT, tersebar di Jakarta Barat, Selatan, dan Timur. Ketinggian air di beberapa titik bahkan mencapai 5 meter, seperti di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. Penyebab utama adalah hujan deras berlanjut dan meluapnya sungai besar seperti Kali Ciliwung dan Kali Pesanggrahan. (Sumber: BPBD DKI Jakarta, detikcom)
Gempa Bumi di Bengkulu
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,3 mengguncang Bengkulu pada dini hari 23 Mei 2025. Getaran berlangsung sekitar 20 detik, menyebabkan panik pada warga. Korban meninggal satu orang dan ratusan bangunan mengalami kerusakan dari parah hingga ringan. Menurut BMKG, gempa ini merupakan gempa menengah dengan mekanisme thrust fault akibat aktivitas intraslab, dan potensi tsunami rendah. (Sumber: BPBD Bengkulu, BMKG)
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sulawesi Selatan
Bulan Juli 2025 menjadi puncak kebakaran hutan dan lahan di Sulawesi Selatan. Luas area terbakar mencapai 474,91 hektare dengan mayoritas berada di area penggunaan lain (APL). Kabupaten Pinrang paling terdampak dengan 311 hektare lahan terbakar. Kebiasaan membakar sisa panen menjadi faktor utama penyebab api menyebar. Karhutla ini berpotensi menyebabkan kabut asap yang mengganggu kesehatan masyarakat. (Sumber: Laporan resmi Sulawesi Selatan 2025)
Tanah Longsor di Banjarnegara
Tanah longsor terjadi di Dusun Situkung, Banjarnegara, pada 16 November 2025 setelah hujan deras selama beberapa jam. Hingga 21 November, korban meninggal tercatat 10 orang, sementara 18 masih hilang. Kerusakan rumah hingga ratusan unit dan ribuan jiwa terpaksa mengungsi. Kondisi topografi lereng dan potensi curah hujan tinggi membuat areal ini sangat rawan longsor berulang. (Sumber: BPBD Jawa Tengah, Basarnas)
Erupsi Gunung Semeru
Pada 19 November 2025, Gunung Semeru mengalami erupsi besar dengan kolom abu setinggi 2.000 meter. Awan panas guguran meluncur sejauh 13 kilometer, memaksa peningkatan status gunung dari Siaga (level III) ke Awas (level IV). Sekitar 1.000 orang mengungsi, dan meskipun tidak ada korban jiwa, tiga orang mengalami luka-luka karena awan panas. Desa di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro menjadi yang terdampak paling parah. (Sumber: BNPB, PVMBG, Basarnas)
Data dari berbagai kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan bencana di Indonesia. Selain memperkuat sistem penanggulangan dan mitigasi, menjaga kelestarian lingkungan sangat krusial untuk mengurangi risiko bencana. Masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi resmi dan menjalankan protokol keselamatan saat bencana terjadi. Upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat akan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan bencana alam di masa depan.
