Penyelidikan kebakaran Gedung Terra di Jakarta kini harus mendalami potensi cacat pada baterai lithium yang digunakan pada drone. Praktisi drone, Arya Dega, menegaskan bahwa fokus investigasi tidak boleh hanya pada kelalaian operasional saja.
Menurut Arya, baterai lithium yang banyak dipakai di drone memiliki karakteristik sensitif dan sangat rawan memicu kebakaran bila terjadi kegagalan sel. Ketidaksempurnaan produksi bisa menjadi penyebab utama musibah ini.
Baterai lithium yang umum di pasar adalah lithium polymer dan lithium ion. Meskipun baterai lithium ferro phosphate (LFP) mulai populer, material lithium tetap berisiko tinggi terhadap kebakaran. “Baterai berbasis lithium sangat rawan masalah jika ada cacat manufaktur atau penanganan kurang tepat,” jelas Arya pada 12 Desember 2025.
Kerusakan internal baterai tidak selalu karena kesalahan pengguna. Arya menegaskan bahwa cacat produksi pabrikan merupakan faktor penting yang harus diinvestigasi. Jadi, penyidik harus melacak kemungkinan kegagalan produk dari produsen baterai dan drone.
Hingga saat ini, Arya belum mengetahui pasti merek baterai yang digunakan karena belum melihat langsung barang bukti. Namun ia menyatakan bahwa baterai lithium yang dipakai umumnya masih diimpor dari luar negeri, sehingga perlu diperiksa kelayakannya.
Penyelidikan juga harus memanggil produsen drone dan baterai untuk mengonfirmasi ada tidaknya cacat produksi yang lolos saat distribusi. Menurut Arya, produsen biasanya menyediakan garansi sebagai bentuk pengakuan terhadap kemungkinan ketidaksempurnaan produk.
Garansi ini menjadi tanda bahwa produk belum bisa dijamin sempurna sepenuhnya. “Garansi berarti produsen siap bertanggung jawab jika ada cacat, artinya mereka menyadari produk tidak 100% bebas risiko,” tambah Arya. Hal ini sangat penting untuk diketahui dalam konteks kebakaran yang menimpa Terra Drone.
Dari sisi keselamatan, kebakaran di gedung yang melibatkan baterai lithium menunjukkan perlunya standar keamanan yang lebih ketat. Pasalnya, gudang penyimpanan baterai tanpa standar dapat memperbesar risiko kebakaran seperti yang terjadi pada insiden Terra Drone.
Poin penting yang perlu diselidiki oleh aparat kepolisian berisi:
1. Kondisi fisik baterai lithium sebelum insiden
2. Proses produksi dan distribusi baterai tersebut
3. Cara penyimpanan dan pengoperasian di Terra Drone
4. Apakah ada cacat produksi yang terdeteksi oleh produsen
5. Potensi kelalaian pengelolaan dan pengamanan gudang baterai
Arya menekankan bahwa selain aspek produk, kelalaian manajemen operasional juga harus diperiksa. Namun investigasi tidak boleh berhenti sampai di situ mengingat potensi kegagalan baterai yang bisa terjadi pada level produksi.
Dengan demikian, langkah penyelidikan menyeluruh pada aspek baterai dan manufakturnya menjadi kunci mendapatkan penyebab pasti kebakaran ini. Pemeriksaan langsung pada baterai dan klarifikasi dari produsen diharapkan bisa memberikan gambaran lengkap penyebab musibah Gedung Terra.
Potensi cacat produksi baterai mencakup kesalahan dalam pembuatan sel, penanganan saat pengiriman, hingga kontrol kualitas yang kurang ketat. Semua faktor ini bisa memperbesar risiko baterai mengalami kegagalan termal dan mengakibatkan kebakaran.
Informasi dari pakar dan fakta lapangan menunjukkan pentingnya tindakan preventif melalui regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan baterai lithium di industri drone maupun penyimpanan massal. Hal ini bertujuan meminimalisasi risiko kecelakaan serupa di masa mendatang.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com





