Sopir Bus Maut Cahaya Trans Diduga Minim Jam Terbang, Faktor Penyebab Kecelakaan?

Shopee Flash Sale

Polrestabes Semarang masih menyelidiki kecelakaan bus Cahaya Trans yang terjadi di Simpang Susun Tol Krapyak. Polisi telah mengamankan dua sopir beserta seorang kernet untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Kapolrestabes Komber M Syahduddi menyatakan bahwa sopir bus tersebut tergolong masih muda dan diduga memiliki jam terbang mengemudi yang minim. Faktor inilah yang menjadi fokus utama penyidik dalam mengungkap penyebab utama kecelakaan.

Kecelakaan tersebut menelan banyak korban jiwa. Hingga Senin (22/12), sudah 16 korban meninggal berhasil diidentifikasi dan jenazahnya diserahkan kepada keluarga masing-masing.

Selain korban meninggal, terdapat 18 korban luka-luka akibat kejadian ini. Dari jumlah itu, 13 orang sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan medis. Sisanya masih menjalani perawatan intensif di sejumlah rumah sakit di Semarang.

Lima korban yang masih dirawat antara lain Marno dan Nyimas Jihan Hasmini di RS Tugu Semarang pascaoperasi. Parwono dan Rafi Abdurahman mendapat perawatan di RS Columbia Asia, sedangkan Mahija Kelana Makantan dirawat di RS Elisabeth Semarang.

Pihak kepolisian menegaskan pendalaman penyebab kecelakaan dilakukan secara profesional dan transparan. Mereka juga memastikan pendampingan untuk korban dan keluarganya berjalan maksimal.

Sopir muda yang diduga minim pengalaman ini menjadi perhatian khusus agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Polisi terus mengedepankan nilai kemanusiaan serta keselamatan lalu lintas selama proses investigasi berlangsung.

Berikut ini ringkasan fakta penting terkait kecelakaan bus Cahaya Trans berdasarkan data Polrestabes Semarang:

1. Sopir bus tergolong muda dan diduga memiliki jam terbang rendah.
2. Dua sopir dan satu kernet telah diamankan untuk pemeriksaan.
3. Korban meninggal berjumlah 16 orang, sudah diidentifikasi dan diserahkan keluarga.
4. Ada 18 korban luka, dengan 13 orang sudah diperbolehkan pulang.
5. Lima korban lain masih dirawat intensif di RS Tugu, Columbia Asia, dan Elisabeth Semarang.
6. Polisi menegaskan proses penyelidikan dilakukan secara profesional dan transparan.
7. Pendampingan terhadap korban dan keluarga menjadi prioritas.

Kasus ini menjadi pengingat pentingnya kualitas dan pengalaman sopir bus demi keselamatan penumpang di jalan raya. Peningkatan pengawasan dan pelatihan bagi pengemudi angkutan umum menjadi langkah strategis agar tragedi serupa tidak terulang kembali.

Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com

Berita Terkait

Back to top button