
Hyundai Motors Indonesia memutuskan untuk menunda peluncuran sejumlah model mobil baru di Tanah Air. Salah satu yang terkena imbas ialah Ioniq 9, SUV listrik yang awalnya sudah dijadwalkan rilis dalam waktu dekat. Langkah ini merupakan respons terhadap kondisi persaingan harga mobil listrik di Indonesia. Perang harga yang didorong oleh masuknya merek-merek asal China membuat Hyundai harus mengambil sikap lebih hati-hati.
Keputusan penundaan ini disampaikan langsung oleh Presiden Direktur Hyundai Motors Indonesia, Juhun Lee, pada ajang Gaikindo Jakarta Auto Week. Ia menyatakan bahwa kompetisi harga semakin keras sejak hadirnya merek-merek baru dari China. "Kami membatalkan beberapa model ke sini, sebagian EV. Seperti Ioniq 9, kami tidak membawa model itu dalam waktu dekat, karena, seperti saya bilang, kompetisi harga sangat keras karena invasi merek China," ujar Lee.
Persaingan Harga Mobil Listrik di Indonesia
Merek-merek China memang sedang agresif menawarkan mobil listrik dengan harga jauh lebih murah. Salah satu pesaing yang menonjol, Jaecoo, anak perusahaan Chery, memperkenalkan SUV listrik J5 dengan harga mulai dari Rp249,9 juta. Angka tersebut bahkan lebih rendah dibandingkan sejumlah mobil konvensional Jepang, seperti Toyota Veloz atau Honda WR-V. Bahkan, dengan harga tersebut, Jaecoo J5 masih ada di bawah banderol varian tertinggi Honda Brio RS.
Tak hanya Jaecoo, produk lain dari merek China, seperti Lumin EV dari Changan, juga memikat konsumen berkat harga yang kompetitif. Mobil listrik perkotaan ini dijual dengan harga Rp178 juta, lebih murah dari rival sekelas seperti Wuling Air EV dan Seres E1. Kondisi inilah yang kemudian mendorong terjadi perang harga di segmen mobil listrik di Indonesia.
Dampak Perang Harga Terhadap Hyundai
Penundaan peluncuran Ioniq 9 bukan tanpa alasan kuat. Hyundai menilai persaingan harga di pasar domestik sudah terlalu sengit, dan konsumen kini sangat mempertimbangkan harga saat memutuskan membeli kendaraan listrik. Lee mengatakan bahwa harga menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan penjualan mobil listrik Hyundai. "Saat ini di Indonesia, harga memenangkan permainan," kata Lee menegaskan.
Hyundai sebenarnya adalah pionir dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Perusahaan ini telah membangun lini produksi nasional termasuk perakitan kendaraan listrik dan komponen penting seperti baterai. Namun, gelombang masuknya mobil listrik China dengan banderol murah membuat pasar menjadi sangat kompetitif bagi pemain lama, termasuk Hyundai.
Strategi Hyundai ke Depan
Hyundai saat ini memilih strategi wait and see sebelum mengambil langkah berikutnya di pasar Indonesia. Perusahaan ingin melihat terlebih dahulu bagaimana perilaku konsumen dalam waktu mendatang terhadap hadirnya mobil-mobil murah asal China. Menurut pihak Hyundai, pembelian mobil, terutama mobil listrik, masih membutuhkan waktu untuk bisa diterima pasar secara luas. Berikut sejumlah langkah yang dipertimbangkan Hyundai:
- Menunda peluncuran model tertentu, seperti Ioniq 9, untuk menunggu kondisi pasar lebih kondusif.
- Mengevaluasi strategi harga agar lebih kompetitif menghadapi produk-produk China.
- Menyempurnakan ekosistem produksi lokal guna menekan biaya dan meningkatkan efisiensi.
- Mengamati tren penjualan mobil listrik harga murah sebelum kembali meluncurkan produk baru.
Peta persaingan mobil listrik di Indonesia jelas terguncang oleh manuver agresif produsen asal China. Untuk saat ini, Hyundai memilih sabar dan menilai respons pasar sebelum kembali menghadirkan inovasi baru.
Baca selengkapnya di: www.cnnindonesia.com





