China Siap Kuasai Pasar Global Mobil Listrik Lewat EV Murah, Industri Otomotif Dunia Waspada

Shopee Flash Sale

China kini memantapkan diri sebagai pusat kekuatan baru di industri otomotif global berkat produk kendaraan listrik (EV) dan plug-in hybrid (PHEV) berharga sangat terjangkau. Setelah mendominasi pasar domestik, produsen otomotif China mulai melakukan ekspansi besar-besaran ke berbagai wilayah dengan memanfaatkan keunggulan harga murah. Langkah agresif ini diperkirakan akan mengubah peta persaingan industri otomotif dunia, sekaligus menjadi titik tekan bagi pabrikan lama yang bergulat dengan biaya produksi tinggi.

Serbuan EV murah dari China bukan sekadar retorika. Model-model terbaru, seperti Leapmotor A10, Lafa 5, hingga Nio Firefly setir kanan, dipasarkan dengan banderol mulai sekitar Rp235 juta. Strategi ini langsung mengincar segmen pasar massal yang sebelumnya didominasi pabrikan Barat. Menurut data Guangzhou Motor Show, rentang harga 100.001–150.000 yuan dipilih untuk menyesuaikan daya beli konsumen global.

Harga murah sebagai senjata utama

Pada bulan-bulan terakhir, produsen otomotif China seperti Nio, Leapmotor, dan GAC menyiapkan lini kendaraan listrik dan hybrid dengan harga sangat kompetitif. Nio Firefly ditargetkan masuk ke 17 pasar baru, termasuk negara-negara di Amerika Tengah, dengan harga sekitar 100.000 yuan. Sementara GAC menawarkan Aion i60 versi range-extender mulai 109.800 yuan.

Munculnya model dengan harga di bawah pasar Eropa dan Amerika membuat produsen Barat berada dalam posisi sulit. Mereka harus menahan laju perang harga yang dipicu vendor China atau mempertaruhkan kehilangan pangsa pasar secara bertahap. “Perang harga global kini didorong oleh gelombang ekspor dari China,” tulis sumber dari laporan industri otomotif Eropa.

Dominasi segmen terjangkau di pasar domestik

Fenomena EV murah tidak hanya terjadi di luar China. Penjualan kendaraan listrik harga 100.001–150.000 yuan di dalam negeri mencapai 2,35 juta unit dalam sembilan bulan terakhir, naik pesat dibandingkan periode sebelumnya. Lonjakan itu sebagian dipicu konsumen kelas menengah yang mencari kendaraan ramah lingkungan namun tetap ekonomis.

Penjualan NEV (New Energy Vehicle) dengan harga 11.300–14.100 dolar AS melampaui satu juta unit, dua kali lipat lebih banyak daripada segmen premium. Namun, persaingan harga ini juga berdampak pada produsen. Laba bersih BYD tercatat turun 30 persen pada Juli–September, disusul Great Wall yang alami penurunan laba sebesar 30 persen meski volume penjualan tumbuh 20 persen. Fakta ini menegaskan, pasar EV murah memang luas, tapi kompetisinya sangat ketat.

Ekspor EV China melonjak tajam

Sementara margin keuntungan menurun, ekspor EV dan PHEV China justru menunjukkan pertumbuhan impresif. Dalam tiga kuartal terakhir, sebanyak 1,75 juta unit diekspor ke berbagai negara, naik hampir dua kali lipat dibanding periode sebelumnya. Angka ini membuktikan keberhasilan strategi harga murah dalam menembus pasar luar negeri.

Produsen China juga merambah pasar-pasar non-tradisional dan membangun rantai pasok baru di luar Asia. Negara-negara Eropa hingga Amerika Tengah kini menjadi target ekspansi, mendorong pemerintah Barat mencari langkah pengamanan terhadap serangan produk murah dari negeri Tirai Bambu. Berikut ini daftar langkah kunci yang diambil produsen China:

  1. Meluncurkan model baru berfitur lengkap dengan harga di bawah produsen Barat.
  2. Menyesuaikan spesifikasi EV agar sesuai regulasi dan selera pasar negara tujuan ekspor.
  3. Menggandeng mitra lokal untuk distribusi dan purna jual, sekaligus memperkuat branding.

Perkembangan ini menandai babak baru dalam persaingan otomotif global, di mana produsen China tidak hanya fokus pada volume penjualan tapi juga pada efisiensi biaya dan penetrasi pasar internasional. Jika tren ini berlanjut, konsumen di berbagai negara akan semakin mudah mengakses kendaraan listrik ramah lingkungan dengan harga terjangkau, sementara pabrikan tradisional harus berebut strategi baru untuk mengimbangi laju dominasi China.

Baca selengkapnya di: www.idntimes.com

Berita Terkait

Back to top button