Impor Mobil BYD Januari-November Tembus 60 Ribu Unit, Cetak Rekor Baru di Indonesia

Shopee Flash Sale

Impor mobil listrik BYD di Indonesia melonjak tajam pada periode Januari hingga November. Total unit yang masuk tembus 60.455 unit, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Angka ini belum termasuk varian BYD E6 yang khusus dipasok untuk armada taksi.

Situasi ini menandai tingginya penetrasi merek asal Tiongkok itu di pasar otomotif nasional. Seluruh produk BYD masih datang utuh atau Completely Built Up (CBU) karena pabrik mereka di Subang belum beroperasi. Produksi lokal baru direncanakan berlangsung mulai tahun depan, agar menyesuaikan dengan regulasi insentif pemerintah soal kendaraan listrik.

Performa Impor BYD dari Januari hingga November

Dari laporan Gaikindo, angka impor bulanan BYD mengalami fluktuasi sepanjang sebelas bulan terakhir. Berikut rincian penyaluran unit yang tercatat resmi:

  1. Januari: 2.306 unit
  2. Februari: 3.860 unit
  3. Maret: 3.298 unit
  4. April: 2.859 unit
  5. Mei: 3.582 unit
  6. Juni: 3.984 unit
  7. Juli: 9.317 unit
  8. Agustus: 2.215 unit
  9. September: 5.239 unit
  10. Oktober: 13.923 unit
  11. November: 9.872 unit

Puncak impor terjadi pada Oktober dengan 13.923 unit yang masuk. Namun pada bulan berikutnya jumlah turun menjadi 9.872 unit. Sepanjang November, tiga model utama BYD yakni Seal, Atto 3, dan Dolphin tidak tampak dalam daftar impor. Perubahan strategi distribusi atau stok yang memadai kemungkinan menjadi alasan utama.

Kontribusi Model Denza dan Atto

Selain BYD, model kolaborasi Denza D9 juga menorehkan kontribusi besar dengan catatan 9.500 unit sepanjang periode. Varian ini mencapai puncak distribusi di bulan Juli, yaitu 2.082 unit. Harga Denza D9 yang terbilang lebih terjangkau dibanding MPV lain di pasar lokal, menjadi daya tarik bagi konsumen.

Model BYD Atto 1 menjadi mobil listrik BYD paling banyak diimpor ke Indonesia. Varian termurahnya menorehkan angka 9.965 unit, sedangkan tipe di atasnya sebanyak 7.917 unit. Sealion 7 Premium juga mencatatkan 9.200 unit, disusul Sealion 7 Performance sebesar 3.500 unit. Bonus ini membuat BYD sukses mendominasi ranah mobil listrik impor tahun ini.

Tantangan Perakitan Lokal dan Implikasi Insentif

Regulasi terbaru mempersyaratkan produsen yang mendapat insentif impor wajib melakukan produksi lokal dengan angka minimal setara rakitan CBU. Jika BYD gagal memproduksi lokal minimal 60.455 unit pada periode berikutnya, risiko harga jual yang naik dan kehilangan bank guarantee menjadi ancaman nyata. Proses pembangunan pabrik BYD di Subang saat ini disebutkan sudah hampir selesai.

Dengan performa impor yang signifikan dan tekanan kebijakan untuk segera merakit kendaraan secara lokal, masa depan BYD di Indonesia semakin menarik untuk diikuti. Peminat mobil listrik kini menunggu langkah lanjutan BYD demi memastikan keberlanjutan harga kompetitif dan pasokan unit di pasar nasional.

Baca selengkapnya di: otomotif.katadata.co.id

Berita Terkait

Back to top button