APNI Minta Regulasi Disesuaikan dengan Dinamika dan Kebutuhan Pasar Industri Nikel Indonesia

APNI mengambil peran penting dalam memastikan regulasi industri nikel Indonesia sejalan dengan kebutuhan pasar global. Upaya penyesuaian regulasi ini jadi sorotan utama karena permintaan dunia terhadap standar keberlanjutan yang semakin tinggi, terutama untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Banyak perusahaan otomotif internasional kini memberi perhatian khusus pada aspek environment, social, and governance (ESG) untuk rantai pasokan nikelnya.

APNI konsisten mendorong diplomasi langsung ke sejumlah pelaku industri global. Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan dialog dengan beberapa produsen besar. Kunjungan dilakukan ke Tesla di Stanford serta ke pabrik raksasa seperti Mercedes dan BMW di Jerman. Dari diskusi itu, APNI mengidentifikasi adanya jurang standar antara regulasi Indonesia yang berbasis realitas lokal dengan aturan internasional yang banyak diadopsi dari wilayah Eropa dan Amerika.

Regulasi ESG Nasional Sudah Komprehensif

Meidy Katrin memaparkan, Indonesia telah mengadopsi 57 regulasi terkait ESG. Aturan ini disusun dari berbagai kementerian seperti ESDM, Perindustrian, Kehutanan, Lingkungan Hidup, Ketenagakerjaan, hingga Kesehatan. APNI menegaskan bahwa seluruh aturan ini sudah memenuhi prinsip keberlanjutan dan secara umum sudah “comply” dengan kaidah global.

Meski demikian, Meidy menggarisbawahi pentingnya adaptasi aturan global tersebut dengan konteks operasional di Indonesia. Menurutnya, banyak regulasi internasional dibuat tanpa memperhitungkan kondisi geografis, sosial, serta struktur industri di negara produsen. Hal itu membuat implementasi standar global secara utuh kadang dirasa tidak adil dan tidak relevan.

Tantangan dan Respons Industri Nikel Indonesia

APNI menyoroti persoalan utama dalam adopsi standar global, yaitu perbedaan signifikan antara lingkungan industri Indonesia dan negara lain. Meidy memberi contoh, standar yang dibuat organisasi seperti IRMA di Eropa belum tentu sesuai bila diterapkan di Indonesia. Perbedaan iklim, proses produksi, serta budaya masyarakat menjadi poin utama yang perlu diperhatikan secara khusus.

Untuk mencari titik temu tersebut, APNI berupaya membuka ruang komunikasi aktif antara pelaku industri di Indonesia dan konsumen global. Salah satu langkah nyata yakni dengan menggagas kunjungan langsung produsen otomotif dunia ke kawasan industri nikel nasional. Ini akan melibatkan perusahaan ternama, antara lain:

  1. Tesla
  2. Mercedes-Benz
  3. BMW
  4. Stellantis
  5. Jaya Motor

Mereka akan diundang untuk melihat langsung proses operasional dan pengelolaan ESG di lokasi seperti Weda Bay serta Morowali. Dengan model kunjungan langsung, diharapkan tercipta pemahaman bersama dan adanya ruang dialog untuk mengisi kesenjangan regulasi yang ada.

Langkah APNI memperkuat dialog dan keterbukaan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pasar global pada industri nikel Indonesia. Kerja sama intensif ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk berkiprah lebih jauh dalam rantai pasok nikel dunia dengan tetap menjunjung prinsip keberlanjutan. Upaya APNI juga menjadi cermin bahwa penyesuaian aturan tidak hanya soal memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memastikan regulasi bisa berjalan efektif sesuai karakter dan kekuatan nasional.

Baca selengkapnya di: nikel.co.id
Exit mobile version