Pada umumnya, jumlah busi pada mesin bensin sebanding dengan jumlah silinder mesin tersebut. Contohnya, mesin V8 memiliki delapan busi dan mesin empat silinder biasanya menggunakan empat busi. Namun, ada mesin yang menggunakan dua busi per silinder sehingga total busi menjadi dua kali lipat dari jumlah silindernya.
Salah satu pelopor teknologi busi ganda adalah Alfa Romeo dengan mesin Alfa 40/60 Grand Prix pada 1914. Mesin ini menggunakan pengapian ganda yaitu dua busi per silinder pada mesin empat silinder inline berkapasitas 4,5 liter, sehingga totalnya ada delapan busi. Meski tenaga yang dihasilkan sebesar 39 tenaga kuda masih terdengar kecil untuk standar saat ini, teknologi ini membawa manfaat dalam efisiensi bahan bakar dan pengurangan emisi.
Teknologi Pengapian Ganda pada Mesin 4 Silinder
Teknologi pengapian ganda tidak hanya diterapkan oleh Alfa Romeo. Nissan sudah memakai sistem dual-ignition bernama NAPS sejak era 1980-an. Ford juga menggabungkan desain camshaft tunggal dengan dua busi per silinder pada mesin 2,3 liter Lima. Beberapa produsen seperti Mazda, Mercedes-Benz, Chevrolet, hingga Dodge juga pernah memakai sistem pengapian ganda.
Honda membawa inovasi lebih lanjut dengan mesin 1,3 liter i-DSI yang diperkenalkan di awal 2000-an. Mesin ini memiliki dua busi per silinder yang menyala secara berurutan bergantung pada beban dan putaran mesin. Posisi busi yang dipasang secara diagonal di ruang bakar memungkinkan pembakaran lebih cepat dan efisien. Dengan desain ini, mesin Honda mampu mencapai rasio kompresi lebih tinggi serta pembakaran intens di berbagai rpm tanpa menyebabkan knocking.
Keunggulan dan Keterbatasan Mesin Dual-Ignition
Mesin dengan dua busi per silinder memiliki beberapa keunggulan. Pertama, efisiensi pembakaran yang lebih tinggi dapat meningkatkan konsumsi bahan bakar dan emisi yang lebih bersih. Kedua, sistem ini dianggap lebih andal karena memiliki elemen pengapian cadangan, sehingga jika satu busi gagal, mesin tetap bisa berjalan. Ini juga alasan mengapa mesin pesawat sering memakai dua busi per silinder demi keselamatan.
Namun, ada juga sisi negatif dari sistem ini. Biaya perawatan menjadi lebih tinggi karena jumlah busi yang harus diganti dua kali lipat. Misalnya, busi iridium yang harganya mencapai 8-15 dolar per buah bisa membuat biaya penggantian seluruh busi mencapai lebih dari 100 dolar, belum termasuk ongkos pasang. Selain itu, tiap busi membutuhkan koil pengapian yang juga harus diganti jika rusak, dengan harga antara 35 sampai 300 dolar per unit.
Faktor Ekonomi dan Efisiensi
Secara ekonomi, pemilik kendaraan dengan mesin pengapian ganda perlu mempertimbangkan biaya penggantian busi dan koil yang membengkak. Namun, bagi kendaraan yang mengutamakan efisiensi bahan bakar dan emisi rendah, serta keandalan mesin, teknologi ini tetap menjadi pilihan menarik. Contohnya, mesin Honda i-DSI mampu mencapai konsumsi bahan bakar sekitar 54 mpg dengan emisi gas buang yang minimal, berkat penggunaan dua busi per silinder dan transmisi CVT Multimatic S.
Penggunaan dua busi di setiap silinder pada mesin 4 silinder bukan sekadar soal menambah tenaga, namun sebuah strategi untuk mengoptimalkan pembakaran. Dengan pembakaran yang lebih efisien dan cepat, kendaraan dapat beroperasi dengan performa yang stabil, konsumsi bahan bakar yang lebih irit, dan polusi yang lebih terkendali. Meskipun biaya perawatan meningkat, teknologi ini masih dipertimbangkan di berbagai aplikasi mulai dari otomotif hingga penerbangan demi manfaat jangka panjang yang lebih baik.




