Ilmuwan Prediksi Letusan Gunung Bawah Laut Paling Aktif di Pasifik Terjadi pada 2026
Para peneliti memperbarui prediksi letusan Gunung Axial Seamount, gunung api bawah laut paling aktif di timur laut Pasifik. Erupsi kini diperkirakan terjadi pada pertengahan hingga akhir 2026, lebih lambat dari estimasi awal yang menjagokan 2025.
Gunung Axial Seamount terletak di sepanjang Punggungan Juan de Fuca, di lepas pantai Oregon, Amerika Serikat. Posisi gunung ini berada di batas lempeng tektonik yang terus bergerak menjauh, menjadikannya salah satu gunung api bawah laut paling dipantau di dunia.
Sejarah letusan Gunung Axial menunjukkan aktivitas pada tahun 1998, 2011, dan terakhir pada 2015. Para ilmuwan mengandalkan pengukuran inflasi dasar laut, yaitu pembengkakan akibat magma yang naik, untuk memprediksi waktu letusan berikutnya.
Menurut Bill Chadwick dari Oregon State University, laju penggembungan di dasar laut berjalan lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelum letusan 2015. Pada 2024, inflasi sempat mencapai 95 persen dari tingkat saat letusan terakhir, tetapi kemudian menurun pada April 2025.
Penurunan laju inflasi membuat para ilmuwan memerlukan penyesuaian model prediksi mereka. Chadwick mengungkapkan bahwa ambang inflasi guna memicu letusan berikutnya lebih tinggi dari perkiraan awal dan bisa bertambah sekitar 20 sentimeter.
Chadwick membandingkan fenomena ini dengan Gunung Krafla di Islandia. Setiap erupsi membuat kerak bumi semakin padat, sehingga magma membutuhkan tekanan yang lebih besar untuk menerobos ke permukaan. Hal serupa terlihat pada Gunung Axial.
Kelompok ilmuwan dari Geohazards Crisis Observatory menjalankan eksperimen jangka panjang untuk menguji metode prediksi letusan secara real time. Mereka mengembangkan model berbasis fisika agar prediksi lebih transparan dan minim bias.
Setiap bulan, para peneliti membuat prediksi tertulis yang langsung di-hash secara kriptografi dan diarsipkan sebelum dipublikasikan. Langkah ini memastikan integritas data dan mencegah perubahan setelah prediksi disampaikan.
Data sensor di Gunung Axial sangat lengkap, terdiri dari tekanan dasar laut dan seismometer yang terus merekam aktivitas gempa serta perubahan permukaan. Detil observasi ini menjadi kunci dalam memahami tanda-tanda pra-erupsi.
Walau letusan tidak bisa dicegah, memprediksi waktu erupsi secara lebih akurat sangat penting. Informasi ini membantu mengurangi risiko terhadap kapal, kegiatan penelitian laut, serta infrastruktur oseanik di sekitarnya.
Para ilmuwan menegaskan fokus utama bukan hanya menebak waktu letusan, tetapi membangun kerangka prediksi kuat yang juga dapat diterapkan pada gunung api lain di dunia. Jika berhasil, metode ini membuka peluang kesiapsiagaan bencana vulkanik yang lebih baik.
Pengembangan teknologi dan metode prediksi baru ini menjadi langkah strategis dalam mitigasi risiko vulkanik bawah laut. Keberhasilan eksperimen di Axial Seamount diharapkan meningkatkan kepercayaan publik terhadap prakiraan ilmiah di bidang vulkanologi oseanik.
Baca selengkapnya di: www.suara.com





