Kebakaran gedung Terra Drone di Jakarta Pusat menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan baterai yang digunakan pada drone. Api diduga berasal dari baterai lithium-ion (Li-Ion) yang umum dipasang pada drone dan dikenal sulit dipadamkan serta berpotensi menyala kembali dalam waktu lama.
Baterai drone ternyata lebih rentan terbakar dibandingkan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Hal ini disebabkan perbedaan konstruksi, standar keselamatan, dan sistem perlindungan pada kedua jenis baterai tersebut. Drone biasa memakai baterai lithium polymer (LiPo) dengan kemasan soft pouch yang lebih lunak sehingga rentan mengalami kerusakan fisik seperti tusukan atau tekanan.
Sebaliknya, baterai pada kendaraan listrik memiliki selubung logam yang kokoh dan lapisan pelindung berlapis untuk melindungi baterai dari benturan maupun kerusakan. Standar keselamatan untuk baterai EV juga ketat karena masuk dalam regulasi otomotif yang diawasi bersama oleh industri dan lembaga pemerintah. Standar ini meliputi penggunaan sistem manajemen baterai (battery management system/BMS), pengontrol suhu, dan berbagai pengujian komprehensif guna mencegah risiko kebakaran.
Baterai drone konsumen belum semuanya mengikuti regulasi keselamatan yang ketat seperti baterai EV. Misalnya, beberapa sel LiPo pada drone tidak memenuhi standar UL1604, sehingga risiko insiden kebakaran meningkat jika baterai tersebut tidak dioperasikan dengan benar. Selain itu, insiden kebakaran pada perangkat dengan baterai lithium-ion ukuran kecil, termasuk sepeda listrik, skuter listrik, dan drone, ternyata lebih sering dilaporkan di media.
Berikut perbandingan utama antara baterai drone dan baterai kendaraan listrik:
-
Konstruksi baterai
- Drone: Kemasan soft pouch yang rentan rusak
- EV: Selubung logam kuat dan lapisan pelindung bertingkat
-
Standar keselamatan
- Drone: Tidak selalu mengikuti standar ketat seperti UL1604
- EV: Memenuhi standar keselamatan otomotif yang ketat
-
Sistem perlindungan
- Drone: Sistem proteksi dan manajemen baterai sederhana atau kurang advanced
- EV: Dilengkapi dengan BMS canggih dan manajemen suhu terintegrasi
- Risiko kebakaran
- Drone: Lebih rentan terbakar akibat kerusakan fisik dan pengujian kurang ketat
- EV: Risiko lebih rendah berkat sistem keselamatan dan proteksi yang stringent
Kebakaran baterai lithium-ion umumnya sulit dipadamkan karena api dapat menyala berhari-hari dan berpotensi muncul kembali. Hal ini membuktikan pentingnya penerapan standar keselamatan yang lebih ketat, terutama pada baterai urządzeń kecil seperti drone.
Data dari berbagai insiden menunjukkan bahwa perangkat dengan baterai lithium skala kecil lebih rawan mengalami masalah kebakaran dibandingkan baterai berkapasitas besar pada kendaraan listrik yang telah diatur dengan protokol keselamatan ketat dan pengawasan industri.
Oleh sebab itu, pengembangan standar dan sistem proteksi baterai drone perlu menjadi prioritas agar risiko kebakaran dapat diminimalkan. Pengguna drone juga disarankan untuk membeli baterai dari produsen terpercaya dan mengikuti panduan penggunaan dengan ketat demi menghindari kecelakaan yang merugikan.
Dengan meningkatnya penggunaan drone di berbagai sektor, pengawasan dan regulasi baterai drone sebaiknya diperkuat. Ini penting untuk menjamin keselamatan publik dan mencegah insiden kebakaran yang dapat menyebabkan kerugian besar serta potensi korban jiwa.
Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com





