Peningkatan Pesat Pembangunan Data Center di Wilayah Beriklim Panas

Pembangunan pusat data (data center) semakin meluas di wilayah dengan iklim panas. Lokasi-lokasi ini menimbulkan tantangan besar bagi sistem pendinginan yang harus menjaga perangkat keras mahal agar tidak mengalami overheat.

Menurut analisis dari Rest of World, banyak pusat data berada di daerah dengan suhu di luar kisaran ideal 18 hingga 27 derajat Celsius yang direkomendasikan oleh American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE). Sementara negara-negara dengan iklim panas secara praktis hanya bisa membangun fasilitas di kondisi sub-optimal, permintaan untuk pusat data di wilayah seperti Singapura terus meningkat.

Jumlah dan Pertumbuhan Data Center di Iklim Panas

Rest of World mencatat ada sekitar 9.000 pusat data di dunia saat ini. Proyeksi memperkirakan jumlah ini akan meningkat hingga tiga kali lipat pada tahun 2030. Lonjakan tersebut juga berarti peningkatan besar dalam kebutuhan energi dan sistem pendingin yang efisien.

Berikut ringkasan kondisi data center terkait lokasi dan suhu operasional:

  1. 21 negara menempatkan seluruh pusat datanya di wilayah yang terlalu panas untuk operasi optimal.
  2. Permintaan pusat data di kawasan tropis dan subtropis tidak menunjukkan tanda penurunan.
  3. Kebutuhan sumber daya untuk menjaga suhu tetap stabil terus bertambah seiring dengan perkembangan teknologi.

Inovasi dan Alternatif Lokasi Pusat Data

Beberapa solusi inovatif tengah dikembangkan untuk mengatasi kendala iklim panas dan konsumsi energi tinggi. Salah satu ide futuristik adalah pembangunan pusat data di luar angkasa yang menggunakan tenaga surya dan bebas dari keterbatasan lahan.

Selain itu, China sedang mengembangkan pusat data bawah laut yang memanfaatkan suhu rendah laut sebagai sistem pendingin alami. Proyek ini juga menggunakan tenaga angin untuk mengurangi konsumsi energi fosil.

Dampak Lingkungan dan Sosial dari Peningkatan Pusat Data

Pertumbuhan besar pusat data khususnya untuk kebutuhan kecerdasan buatan (AI) menimbulkan beban bagi komunitas lokal. Kenaikan tagihan listrik hingga kesulitan suplai daya dari utilitas lokal menjadi masalah nyata yang harus dihadapi warga sekitar fasilitas tersebut.

Di Santa Clara, California, pun terdapat fasilitas pusat data yang sudah selesai dibangun namun belum mendapat pasokan listrik penuh dari utilitas setempat. Selain itu, lahan yang luas juga diperlukan untuk membangun pusat data berskala besar.

Peningkatan investasi dan pembangunan pusat data akan terus berlanjut didukung oleh pertumbuhan teknologi AI dan kebutuhan pengelolaan data global. Hal ini menuntut pengembangan sistem pendinginan yang lebih efisien dan solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan dan sosial di berbagai belahan dunia.

Exit mobile version