1. Ada dua jenis Solstis
Solstis adalah fenomena astronomi yang terjadi dua kali setahun. National Weather Service menyebutkan ada Summer Solstice dan Winter Solstice, tergantung posisi maksimal kemiringan bumi terhadap matahari. Pada Solstis Juni, belahan bumi utara mengalami hari siang terpanjang, menandai musim panas. Sebaliknya, belahan bumi selatan mengalami hari siang terpendek, menandai musim dingin. Saat Solstis Desember terjadi, kondisi ini terbalik, dengan belahan bumi selatan mengalami siang terpanjang dan utara mengalami malam terpanjang.
2. Menyebabkan variasi musim
National Geographic mengungkapkan bahwa dampak Solstis berbeda-beda tergantung lokasi. Di khatulistiwa, perubahan siang dan malam hampir tidak terasa karena posisi matahari hampir selalu tinggi sepanjang tahun. Di lintang tengah seperti Amerika Utara dan Eropa, Solstis menandai titik balik terjauh matahari di langit hingga arah sinarnya berubah. Di wilayah kutub, Solstis menghasilkan fenomena ekstrem seperti Matahari Tengah Malam saat musim panas dan Malam Kutub saat musim dingin. Solstis juga terjadi di planet lain, contohnya Mars yang memiliki musim lebih ekstrem karena orbitnya lonjong.
3. Penanda awal musim kemarau di Indonesia
Walau Indonesia berada di khatulistiwa dan tidak mengalami empat musim, BRIN mencatat posisi matahari berubah pada Solstis. Solstis Juni membuat matahari tampak condong ke utara, dan Solstis Desember ke selatan. Pergeseran ini memengaruhi durasi siang serta arah angin yang membawa datangnya musim kemarau. Dengan demikian, Solstis Juni sering dijadikan penanda awal kemarau di Indonesia. Namun fenomena ini murni astronomis dan tidak berkaitan dengan bencana alam semacam gempa atau tsunami.
4. Kebalikan dari Ekuinoks
Solstis dan Ekuinoks adalah momen berbeda yang menandai perubahan musim. Britannica menjelaskan Solstis terjadi saat sinar matahari berada di titik paling utara atau selatan, sehingga hari terlalu panjang atau pendek. Sebaliknya, Ekuinoks terjadi ketika matahari tepat di atas khatulistiwa, menghasilkan siang dan malam yang hampir sama lamanya di seluruh dunia. Ekuinoks menandai awal musim semi dan gugur, sedangkan Solstis menandai musim panas dan dingin.
5. Menghadirkan tradisi di berbagai penjuru dunia
Solstis telah dirayakan ribuan tahun di berbagai budaya. Britannica menyebutkan, di Antartika para peneliti merayakan Hari Tengah Musim Dingin dengan pesta dan hadiah. Skandinavia merayakan Hari Santo Lucia dengan festival cahaya melawan kegelapan. Budaya Norse punya festival Yule dengan api unggun dan perjamuan. Bangsa Romawi punya Saturnalia sebagai festival musim dingin penuh pemberian hadiah. Di Persia, festival Yalda merayakan kemenangan cahaya atas kegelapan. Solstis juga jadi momen spiritual dan refleksi di berbagai komunitas, menghubungkan manusia dengan siklus alam dan harapan baru.
Fenomena Solstis tidak sekadar peristiwa astronomi, melainkan juga memiliki peranan penting dalam siklus iklim dan budaya manusia. Memahami Solstis membantu mengenal pola musim dan tradisi penting di berbagai belahan dunia.





