Film Horor Bisa Jadi Terapi Ampuh Atasi Kecemasan, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Shopee Flash Sale

Menonton film horor ternyata bukan sekadar hiburan menegangkan. Studi terbaru menunjukkan bahwa film horor dapat berfungsi sebagai terapi untuk meredakan kecemasan dan stres.

Fenomena ini disebut “paradoks horor”, di mana manusia menikmati tontonan yang seharusnya menimbulkan rasa takut atau bahaya. Mark Miller, peneliti dari Monash University dan University of Toronto, menjelaskan bahwa otak manusia memiliki rasa ingin tahu mendalam terhadap hal-hal berbahaya, meskipun secara alami kita diarahkan untuk menghindarinya.

Sejak zaman kuno, manusia memang sudah tertarik pada cerita menakutkan. Psikolog Coltan Scrivner dari Arizona State University menyebutkan bahwa kisah horor sudah ada sejak ribuan tahun lalu, seperti dalam tablet Babilonia yang berisi cerita tentang makhluk mengerikan. Cerita horor berfungsi sebagai cara aman untuk memahami bahaya, seperti hewan yang mengamati predator dari kejauhan sebelum melarikan diri.

Penelitian Scrivner terhadap 400 penggemar film horor mengungkap tiga motivasi utama mereka:

1. Adrenaline Junkies, menikmati sensasi fisik dan adrenalin saat menonton.
2. White Knucklers, yang tidak suka takut, tapi puas setelah bisa mengatasi rasa takut tersebut.
3. Dark Copers, yang menggunakan horor sebagai alat untuk menghadapi kecemasan dan depresi dalam kehidupan nyata.

Ketiga motivasi ini menunjukkan bahwa ketakutan bisa menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan mental. Studi juga menemukan bahwa penggemar film horor lebih tangguh secara mental selama masa pandemi Covid-19. Mereka lebih mampu mengelola stres, menerima kabar buruk tanpa panik, dan percaya diri menghadapi tantangan hidup.

Menonton film horor seolah memberikan latihan mental kepada otak. Mark Miller menjelaskan bahwa otak seperti mesin simulasi yang berlatih menghadapi berbagai skenario berbahaya tanpa risiko sebenarnya. Hal ini membantu mengendalikan reaksi stres dan memperkuat kemampuan berpikir di bawah tekanan.

Selain itu, teknologi juga memanfaatkan konsep horor untuk terapi. Scrivner menyebutkan sebuah video game terapi bernama MindLight yang digunakan untuk membantu anak-anak mengatasi kecemasan. Anak-anak bermain di sebuah rumah berhantu sambil memakai alat EEG yang memantau gelombang otak mereka. Semakin tenang pikiran anak, semakin terang cahaya karakter dalam game, dan monster yang mengejar berubah menjadi anak kucing lucu.

Hasilnya, anak-anak yang rutin bermain MindLight mengalami penurunan kecemasan signifikan, setara dengan terapi perilaku kognitif tradisional. Ini membuktikan bahwa cerita atau pengalaman horor dapat memberikan ruang aman untuk melatih keberanian dan pengendalian emosi.

Scrivner menyarankan bagi yang ingin mencoba dunia horor sebagai terapi dapat mulai dari cerita atau buku horor ringan. Hal ini memungkinkan pengendalian imajinasi dan kenyamanan dalam beradaptasi dengan tema horor yang sesuai minat.

Jadi, menonton film horor seperti The Conjuring atau The Exorcist bisa jadi lebih dari sekedar hiburan biasa. Aktivitas ini turut melatih mental untuk mengelola kecemasan dan ketakutan dalam suasana yang terkendali dan menyenangkan. Ini membuktikan bahwa di balik ketegangan dan kengerian, film horor punya manfaat psikologis yang positif.

Baca selengkapnya di: www.suara.com

Berita Terkait

Back to top button